MAHFUDISME - Saya nulis begini bisa saja babak belur, dan dibilang
sok gemar membaca karena para penggemar Felix Siauw dan Tere Liye di Kalimantan
Selatan begitu massif. Di kalangan kaum pemuda yang bertebaran di ranjang
kampus, buku Felix Siauw selalu menjadi “bahan utama” ketika membuat adonan
argumentasi. Sedangkan buku Tere Liye selalu menjadi referensi hidup biar bisa
mengisahkan kepada teman-temannya tentang daun gugur bisa menghasilkan setebel
buku Tere Liye. Wah.. mulai…
Sampai sekarang saya hanya bisa menerbitkan 1 buku,
jadi jelas soal kealiman dalam membikin buku saya kalah sama keduanya. Jika
saya diibaratkan Bolu Haji Enong, saya hanyalah cap yang nempel dibagian luar,
sedangkan Ustadz Felix Siauw dan Mas Tere Liye adalah bolu empuk yang bagi
siapa saja memakannya akan merasakan nikmat dan wajah Haji Enong dalam
kepalanya.
Memang, membaca buku keduanya tak salah dan sah sah
saja menurut hukum dan perundang-undangan. Saya tak tentunya tak melarang dan
tidak menganjurkan. Hanya saja, revolusi mahasiswa yang saban hari makin bebal
dengan yang namanya bacaan dan dengan modal baca quote selalu punya bahan untuk ngomong, rasanya kurang afdhal kalau hanya mentok dibacaan
itu-itu saja. Hampir mirip begini, dalam hidup kita pasti haus dan minum air
putih. Bukan selamanya kita habis makan minum air putih terus, ada saatnya kamu
minum air as, air susu, dan air tuba.. haha…
Okelah, biar gak kepanjangan dan saya yakin kalian
malas jika melihat sepintas tulisan yang panjang buat ngebaca, dibawah ini adalah
rekomendasi saya buat mahasiswa yang sudah ilmunya level premium gold. Monggo:
1.
Cau Cau Cuaca (Ali Syamsudin Arsy)
Hampir dapat dipastikan, jika pembaca kurang dengan yang namanya sastra
bakalan tidak tahu dengan buku yang satu ini, Cau Cau Cuacau adalah sebuah buku kumpulan puisi entah jilid
keberapa milik Ali Syamsudin Arsy. Sepak terjangnya jangan ditanya. Seandainya
ada yang gila sastra, maka Ali Syamsudin Arsy sudah sepatutnya dapat piala
citra bahkan piala adipura macam penghargaan yang di dapat Banjarmasin.
Bukan, saya tak akan bahas soal puisi beliau, saya akan mengantarkan
kalian lebih jauh dari sekadar bahasa yang ada didalamnya. Dari buku itu kita
akan belajar bagaimana menghargai alam. Kaliamantan yang konon metosnya adalah
sebagai paru-paru dunia, kini semakin ompong. Dan kita enak saja mentok baca
buku Felix Siauw dan haru membaca novel Tere Liye.
Selain kita membaca puisi dalam buku tersebut, sebenarnya ia adalah
pengantar kita memahami lingkungan Kalimantan yang tiap hari masyarakatnya
kejepit undang-undang, tanah-tanah di sulap menjadi pohon minyak, gunung curam,
dan kita lupa akan hal itu. Dalam buku ini kita tidak hanya bicara soal alam,
tapi bagaimana peran kita dalam menghargai ciptaan Tuhan. Kita sebanrnya
terlalu mabuk dengan buku-buku luar, sedangkan buku yang ngebahas disekitar
kita terlupakan. Betapa sampahnya kita ini. Anda panas?
2.
May (Sandy Firli)
Kalian pastinya asing dengan buku ini, buku novel yang didalamnya
pergulatan sejarah Jumat kelabu yang menimpa Banjarmasin (23 Mei 1997). Novel
ini bila dibandingkan dengan novel-novel racikan Mas Tere Liye jelas kalah
telak terkenalnya. Dengan membaca novel ini kita tidak hanya tahu
kejadian-kejadian tempo dulu, tapi kita diajak berpikir bagaimana mengenang
masa kelam itu.
Bang Sandy emang kawakan meramu novel, banyak sudah yang dia telurkan.
Cuma masak iya, anak-anak Kalimantan, khususnya Kalimantan Selatan lebih tahu
novel yang bercerita diluar Kalsel dan kejadiannya dibangun dengan imajinasi? Kan
lucu? Sedangkan novel macam May menjadi
semakin ditelan novel-novel Bang Tere Liye yang hampir tiap minggu punya buku
baru. Nah, dengan ngebaca May kita
akan lebih mencintai sejarah Kalimantan.
3.
Badai 2011 (Hamami Adaby)
Jika kalian senang beribadah dan bersyukur kepada Tuhan serta doyan baca buku religi, maka
rekomendasi pertama saya bagi ente adalah buku kumpulan puisi Badai 2011 yang ditulis Alm. Hamami
Adaby.
Dengan membaca buku ini, kita bukan hanya diantarkan pada gerbang
pengenalan pada Tuhan, tapi kita bisa dibuat bergulat dan benar-benar menjadi
manusia yang sekarat hidup di bumi. Tentu saja, jika ngebaca buku ini kalian
akan sedikit pusing dan gak segampang memahami buku Ustadz Felix Siauw. Meski
Alm. Pak Hamami Adaby bukanlah seorang ustadz, tapi beliau benar-benar seorang
guru yang harusnya jadi contoh kalangan muda Kalimantan. Bukan mencontoh ustadz
yang sekarang tiba-tiba menjadi ustadz. Udah itu saja.
4.
Hijrah Ke Rantau (Syarif Hidayatullah)
Jika urusan cinta, janganlah segalanya bersandar pada Bang Tere Liye.
Tentu rekomendasi buku Hijrah Ke Rantau adalah
buku yang dapat mewakili itu. Syarif Hidayatullah, manusia setengah pelamun,
dan setengahnya lagi pengkhayal. Hijrah
Ke Rantau adalah anak kedua Syarif (orang yang benar-benar keparat dalam
urusan rindu dan cinta).
Buku ini benar-benar akan mengantarkan anda pada ruang paling sunyi dan
gelap. Anda akan memahami bagaimana cara mencintai yang benar, merawat rindu
lalu menyusunnya serapi laundryan.
Tentu saja, bahasa di dalamnya akan membuat kita semakin mabuk bersandar dengan
yang namanya cinta, kasih, kangen, dan ruang-ruang absurd lainnya.
Baiklah,
itulah 4 buku rekomendasi dari saya untuk anda, semuanya adalah sastra, tapi
memiliki wajah yang berbeda. Silahkan tambah sendiri jika kalian punya
rekomendasi buku lain.
Penulis: Moh Mahfud
Editor: MAHFUDISME
0 Komentar