BUDI, DARI NAMA PASARAN, BOS, HINGGA JURAGAN EMAS



Sahabat yang juga hingga kini menjadi menderita masa kelam dan kini bergelut dengan perempuan pilihannya ini namanya Budi, lengkapnya Budiansyah. Wajahnya kian mentereng dan sering muncul ditengah kerumunan acara, sambutan. Rambutnya yang khas dengan kulit sedikit luntur cahaya semakin menambah wibawanya dia ketika dia memenangkan Pemilihan Presiden Mahasiswa tahun lalu.

Nama Budi
Budi, nama yang simple dan mungkin sudah ribuan kali disebutkan dalam buku pelajaran "Ibu Budi memasak di dapur, Ayah Budi pergi ke kantor, Budi memasak dapur dan kantor". Sungguh jika anda ketemu sekali, dengan gampang anda mengingatnya.

Nama Budi mungkin selalu berkaitan dengan hal-hal fameliar di Indonesia. Misalnya Budi Pekerti, Budi Luhur, Budi Ono, Budi Waseso, Budi Gunawan, Budi Handuk, Budi Daya Ikan, dan lainnya. Selain namanya mudah diingat, Budi juga memiliki banyak hal yang tak kalah mudah untuk diingat. Misalnya, jarang mandi, jarang punya duit, jarang kuliah, jarang tidak rapi meski tidak makan seharian dll. Jadi, bila kalian lapar, tidak punya duit, lupa mandi maka berarti anda Budi. 

Bos Budi
Dalam beberapa bulan lalu, saya sering bersama beliau, tidur bareng beliau, mandi gantian sabun dengan beliau, lapar bareng dengan beliau. Dalam suatu kesempatan kami bincang-bincang sebelum tidur sambil melihat langit koskosan, "Saya punya cita-cita jadi bos, Pak" katanya padaku sambil menghisap asap rokoknya dalam-dalam. Betapa saya mengerti dalam dirinya yang berkecamuk masa depan adalah hal tersulit menjadi sebuah bos, "intinya saya bos, sekalipun bos cabe sebatang pohon dalam pot hias" kukuhnya lagi.

Setelah kejadian itu, dua minggu kemudian, saya sedang duduk mengaduk kopi disebuah warung, saya melihat Budi dari jauh, betapa gagahnya ia, cara jalannya, setelan pakaiannya dengan sepatu yang mengkilap-kilap "Aura dia benar-benar seperti bos" Kataku pada kopi, kopi hanya diam dan semakin hitam saja. Saat itu juga saya bersama kopi mendoakan mudahan dia benar-benar jadi bos, bos air mata, bos lalulintas, bos segala bos. Amin.



Juragan Emas Budi
Betapa pun kehidupan Budi, betapa pun jabatan Budi, betapa pun nama Budi, Budi tetaplah manusia, Budi tetaplah manusia yang pernah bercucuran air mata. Dalam dadanya ia juga punya cinta. Dalah hatinya ia punya pujaan. Dan dalam hatinya pula ia juga punya banyak cerita, lebih-lebih perihal kaum hawa.

Konon dalam lembaran sejarahnya, Budi beberapa kali mengelap air matanya dengan tisu paman pentol karena kekejaman beberapa perempuan, dan sejarah lain menyebutkan bahwa Budi pernah bermain mata dengan mata yang lain pula. Intinya, sejarah Budi begitu kompleks, absurd dan sulit nalar.

Karena akhir-akhir ini saya jarang ketemu secara langsung, kami selalu konsisten ngobrol apa saja via WhatsAap. Mulai dari politik, budaya, pluralisme, kebijakan, dan tentu perempuan. Perempuan adalah hal paling renyah bila dibicarakan dengan Budi.

Malam tadi, kami chatan. Bicara soal perempuan. Dan ternyata, kaum-kaum hawa di kampus tercintaku harus siap-siap giliran ngelap air mata, harus siap menghadapi kenyataan darurat, harus siap mendengarkan kabar bahwa Budi sekarang punya pacar. Pacar? Ya, siapa pun pacar Budi, betapa beruntungnya ia. Sebab Budi bukan hanya soal ia lelaki tapi dibalik itu semua Budi memiliki hati yang lembut, memiliki pandangan yang tawadhu', memiliki kesanggupan-kesanggupan yang jarang lelaki sekarang punya, yaitu setia. 

Setia dijaman ancur-ancuran sekarang ini adalah hal langka. Berapa tahun pun kalian berpasangan kalau tidak setia saya sarankan bawa sekelo gula lalu sungkem kehadapan Budi, mintalah jalan yang lurus. Jika keinginan kalian lebih makbul, jangan cuma bawa gula, bawalah seperangkat alat sholat dan sungkem lagi ke orang tuanya. Njiirr..

Saya bicara Budi, berarti saya bicara anda, Budi bicara soal kita pasti dia kurang kerjaan seperti tulisan saya. Peluk pelukan dari jauh untuk Budi Budi Indonesia.

Sumber foto: @ansyahbudi43

Post a Comment

0 Comments