Sebelum baca tulisan ini, persiapkan dulu air dingin dan kelapangan hati saudara. Sebab bagaimana pun, tulisan ini hanyalah tulisan bukan pengadilan.
MAHFUDISME - Belakangan melihat dedek-dedek kampus tercinta benyak mengenakan
cadar. Saya membayangkan jika semua akhwat-akhwat kampus memakai cadar, bukan
hanya cap UIN sarang liberal dan radikalisme tapi UIN juga bisa dianggap sarang
ninja macam Kakuzu. Naudzubillah!!
Sebagai orang yang tidak punya kerjaan dan penasaran akan
macam-macam cadar, saya pun akhirnya hijrah pada tab baru di google dan
mengetik "macam-macam nama cadar", akhirnya ketemu. Alhamdulillah,
saya pun bercucuran air mata dan bahagia.
Ternyata, kita yang fana ini, yang cuma ngamuk-ngamuk di status
karena mantannya bercadar, ternyata cukup buta mata hatinya, cukup buram
akhlaknya. Bagaimana tidak, kita taunya kalau cadar ya cadar, tidak
lebih!.
Namun, dalam perenungan dan pergulatan di laman
www.jubahakhwat.com, saya mendapati cadar bukan hanya sebatas cadar. Bukan.
Ternyata cadar juga menentukan status sosial. Kurang paham? Berikut nama cadar
dan harganya
1. Cadar Tali (10k)
2. Cadar Bandana ( 40k)
3. Cadar Mesir (105k)
4. Cadar Poni (105k)
5. Jilbab Cadar Tali Set Kerudung (90-110k)
6. Jilbab Cadar Ritz (165k)
7. Jilbab Cadar Safar (175k)
Jadi, kalian punya temen yang memakai cadar model mana? Disitu
kalian bakalan tahu bahwa dia benar-benar harus punya fulus yang cukup.
Kembali kepersoalan diatas mengenai kampanye hijrah dan cadar.
Petikan dalil soal hijrah terdapat pada QS. An-Nisa:100. Jika buka-buka
tafsiran dari ayat ini, saya rekomendasikan baca hadist dari Ibnu Jarir, atau
kalau males cukup ketik saja di google. Apalah daya saya sebagai mahasiswa yang
sulit lulus ini menafsirkan ayat Maha Suci diatas.
Tapi apa hubungannya Hijrah dengan Cadar? Penasaran? Seruput kopi
dulu. Sudah? Lanjut...
Dalam konsep paling dasar, hijrah ada tiga tahapan. Hal inilah
yang sering dedek-dedek kampus saya bingungkan ketika dengar kata "Yuk
Hijrah" yang terbersit melulu soal cadar. Padahal, hijrah ya hijrah, cadar
ya cadar.
Pertama, Hijrahkan Pikiranmu. Masih ingat teteh Rina Nose? Masih
ingat nona Marshanda? Masih ingat mpok Rosa? Dan kaka Sara Ali? Jadi, sejatinya
hijrah pikiran bukan hanya sebatas pada perempuan, tapi juga lelaki. Jadi
terasa kurang jika nonah-nonah di kampusku yang bercadar malah pikirannya masih
terombang-ambil bagai sayur yang jatuh dari motor tukang sayur lalu ngebut
entah kemana.
Agar terbimbing dalam proses kenapa harus Hijrahkan Pikiranmu
dulu, sebaiknya antum-antum baca karangan Om James Borg atau Om Louis Proto.
Dijamin jleb deh kesedihan, kegundahan, kemurungan yang ada dalam pikiran ante.
Kedua, Hijrahkan Ucapanmu. Jika akhwat-akhwat sudah berhasil
bagian pertama, selanjutnya adalah soal ucapan. Dalam artian ini, dedek-dedek
juga sering salah menafsirkan. Maksud dari Hijrah Ucapan bukan cuma
karena bilang ana, akhwat, antum, dan lainnya. Lebih dari itu, Hijrah Ucapan
adalah memelihara lisanmu dari menggosip seperti saya, hijrah ucapanmu adalah
memelihara lisanmu karena dosen telat, hijrah ucapanmu adalah memelihara
lisanmu melulu diskusi, hijrah ucapanmu adalah memelihara lisanmu karena telat
kiriman. Intinya, falyakun khairan auliyasmut. Akaayy. Ummalahayy...
Ketika, Hijrahkan Tingkah lakumu. Pada bagian ketiga ini cukup
sulit. Di era yang dikit-dikit patah hati dan dikit-dikit bercucuran air mata
ini, sebaik-baiknya lelaki (seperti saya) dan sebaik-baiknya perempuan (mungkin
anda) adalah memelihara akhlak. Di kota Banjarmasin akhlak seperti sebutir abu
fulkanik di bagi seribujuta. Tipis! Itu aja.
Keempat, tidak ada tuh hijrah via cadar... Marah? anda Marah?
beneran anda Marah? Minum dulu gih sana.
Jadi intinya, kalau dedek-dedek (seperti tetanggaku) dari kampung
berangkat dengan pakaian seperti pada umumnya. Dan kemudian pulang kampung
menggunakan cadar, maka hampir seluruh tetanggaku ngomongin soal dia, cadar
dia, ucapan dia, tangan dia, mata dia, ilmu dia, makan dia, sakit dia, pokoknya
SEMUA MATA TERTUJU PADA DIA.
Hijrah ya Hijrah, Cadar ya Cadar, Nulis ya Nulis, Lulus ya Lulus,
Nganggur ya Nganggur, Honor ya Honor, Gila ya Gila, Malam ya Malam, Ranjang ya
Ranjang, PLN ya PLN, Hotspot ya Hotspot, XL ya XL. Masalah buat saya? Nggak!
Penulis: Moh Mahfud
Editor: MAHFUDISME
0 Comments