HARUSNYA HJ. ENONG TAK MENJUAL BOLU PADA MAHASISWA




MAHFUDISME Jika kalian anak kuliahan yang ngadu nasib ke Banjarmasin dari kab. Tapin, kab. Kandangan, kab. Berabai, kab. Balangan, kab. Tanjung, dan Kalimantan Timur, pasti kalian lewat desa Antasan Senor Martapura.

Ketika lewat jalan itu, otak kita sepertinya di hantui iklan-iklan Mak Enong, serasa ada Mak Enong dipinggir jalan dan mencegat lanju setiap kendaraan "Bolunya mang, bolu". Mak Enong serasa melambai-lambaikan tangannya dari jauh mengisyaratkan bahwa Desa Antasa Senor adalah benteng pertahanan makanan yang sebesar apapun nafasu kita untuk tidak beli pada akhirnya kalah.

Menikmati iklan Mak Enong bagi kalangan mahasiswa kebanyakan itu biasa, cuma bagi mahasiswa seperti saya yang kurang kerjaan, tentu saya semakin penasaran sama Mak Enong. 

Misal, kenapa wajah Mak Enong tak dibuat dalam iklan? Bagaimana Mak Enong membuat bolu sebegitu lembut? Siapa sebenarnya Mak Enong? Dimana Mak Enong mengolah bolu? Dan berapa Mak Enong punya anak perempuan? Adalah pertanyaan yang tak kalah dari hantu iklan "HJ. ENONG Bolu Lapis Kue Khas Banjar" dikepala.

Jika kalian pernah makan bolu Mak Enong, jangan harap bolu bikinan Emak-Emak yang lain bisa mengalahkan rasa bolu Mak Enong. Bolu racikan Mak Enong tidak hanya semata-mata karena kelembutan dan rasanya, tapi, bagi saya, dalam bolunya juga mengandung magnit yang bagi siapa aja pernah mencobanya bakalan menarik selera kalian untuk mencobanya lagi.

Belakangan, seperti yang kita tahu, Mak Enong meluaskan pasarnya ke Kota Banjarmasin. Bolu Mak Enong tidak hanya bicara soal ciri khas makanan Banjar, tapi, ketika antum melihat orang membeli bolu Mak Enong, antum bakalan tahu bahwa orang tersebut bukanlah orang yang duitnya serampangan. Bolu Mak Enong hadir di Banjarmasin dengan toko yang tak kalah saing dengan Crystal Bakery. Bolu Mak Enong mencitrakan kelas sosial menengah keatas. Hidup Bolu Mak Enong!!

Mahasiswa yang kebanyakan masih mengandalkan kiriman orang tuanya, tentu harus mikir dua kali ketika pengin bolu Mak Enong. Mentok-mentok duit belanja bulanan cukup di warung kopi Rp.7000 dengan menghabiskan waktu bisa sampe 5 jam lamanya. Masak iya beli kue bolu.

Banjarmasin kota peruntungan, ya palingan mahasiswa yang beli kue bolunya Mak Enong habis ada acara di Dinas Pemerintahan dengan duit transportasi. Haha..

Betapa pun lezatnya kue Mak Enong, saya selalu percaya bahwa tak ada kelezatan yang sempurna ketika mahasiswa ditolak bertubi-tubi. Kalau gak percaya, coba ketika kalian ditolak atau putus cinta makan kue bolu bikinan Mak Enong, pasti rasanya hambar dan kalian hanya ingin membentur-benturkan kepala kalian saja sepanjang hari, sepanjang malam, hingga kalian lupa bahwa Bolu Mak Enong tetap lembut dan menggoda. Uhuk!


Posting Komentar

0 Komentar