MENDIDIK ANAK PAUD TANPA CADAR DAN REPLIKA SENJATA, DAN KERUWETAN PENDIDIKAN INDONESIA


MAHFUDISME Di tengah bejubelnya kasus-kasus kekerasan di Indonesia, yang tak kalah bikin ketek geger adalah kasus anak-anak PAUD KartikaV-69 Kodim 0820 Probolinggo memakai cadar sambil pegang replika senjata. Foto-foto tersebut beredar luas menjadi isu tandingan videonya Dik Joni yang spektakuler naik tiang bendera.

Banyak orang-orang pada mengutuk foto-foto tersebut karena di nilai, secara tidak langsung mengajarkan anak-anak yang masih polos hatinya tentang perang dan kekerasan sebagaimana foto-foto orang timur tengah. Pihak penitia merasa kecolongan, yaelah, kecolongan piye? Bilang gitu karena udah “kecium” media kan?

Sedangkan pihak sekolah meminta maaf karena tidak bermaksud apa-apa,"Pihak sekolah membuat tema kostum bersama pasukan Rasulallah meningkatkan iman dan takwa. Kostum ini murni milik sekolah," kata Suhartatik, Kepala PAUD Kartika V-69. Saya baru tahu kalau “Pasukan Rasulullah” itu ternyata dulu bawa Senapan AK-47. Dan saya juga baru tahu, iman dan takwa bisa menyumbul dari balik kostum cadar dan replika senjata. Kepala PAUD yang jenius!


Sebab bagaimana pun, anak-anak PAUD akan iya saja bila disuruh ini-itu, namanya juga masih kekanakan. Cuma yang jadi persoalan, apakah guru disana tidak pernah melihat kostum-kostum yang begituan? Apakah guru disana tidak bisa mengganti replika senjata, misalnya dengan pistol-pistolan air? Lah, dalam video yang beredar, anak-anak PAUD ini memakai baju hitam, bercadar, dan pakai senjata replika hitam. Ya otomatis orang yang melihat langsung tertuju pada kekerasan. Baju gituan akan mengantarkan otak kita ke pakaian dan senjata yang di kenakan pimpinan ISIS di timur tengah. Kalau pikiran kita kesana, terus yang salah siapa coba?

Mendidik anak, apalagi masih seumuran anak-anak PAUD adalah menumbuhkan semangat beragama, cinta kasih kepada sesama dan mengajarkan sifat-sifat Allah dan lainnya. Bukan secara langsung mengajarkan medan pertempuran, bukan mengajarkan kostum-kostum yang belum saatnya mereka kenakan. Anak PAUD mah mau bugil sekalian ya sah-sah saja. Mereka kan belum baligh.

Saya sangat perihatin, bau-bau radikalisme sudah di cekoknya sedemian dini pada anak-anak malang itu, guru harusnya tidak mengajarkan demikian. Pemerintah yang sudah susah payah memberantas bau-bau radikalisme malah dimasukkan dalam pikiran bocah PAUD dan harus mencederai tepat di hari lahirnya Indonesia. Sangat tidak etis. Anak-anak PAUD harusnya diajarkan rasa nasionalisme, rasa cinta pada tanah air.

Buat apa mengenakan pakaian seperti itu, ratusan dan bahkan ribuan baju adat Indonesia apakah masih kurang? Senjata laras panjang begituan kan bisa diganti misalnya dengan replika senjata-senjata khas Indonesia. Pokoknya, gimana pun saya baca pembelaan dari pihak sekolah, semuanya pada mental. Terlanjur kecewa saja lihat anak-anak polos berpakaian begituan, memang sih sah-sah saja pakai cadar, siapa coba yang melarang, cuma itu kan masih kekanakan bro masa pakai replika senjata pula? Kan serem jadinya.

Isu-isu ini seakan tenggelam karena gagap gempita pesta Asian Games tadi malem. Tapi Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) meminta pihak yang berwenang untuk memberikan sanksi tegas kepada kepala sekolah. Bukan cuma KPAI, Pimpinan DPR RI juga ikut komentar mengenai kasus ini “Jangan bikin lucu-lucuan kasus ini”. Tegas dan saya mengaminkan pernyataan keduanya. “Buat anak kok coba-coba” kata Cap Lang.

Di sisilain, saya juga gak tega sama guru-guru ini. Dengan gaji gak seberapa hanya karena salah memakaikan kostum anak didiknya, mereka diomelin dan dihujat di medsos. Ya mau gimana lagi, kita semua tahu bahwa menjadi Guru PAUD berharap gaji jutaan rasanya mustahil sambil berimajinasi di pagi buta. Tapi bukankah pahala lebih nikmat dari jutaan gaji? Kalau tidak percaya, coba tanyakan ke guru Joni, bagaimana rasanya mendidik Joni setelah di tahun 2018 Joni jadi manusia paripurna nasionalismenya? Apakah semasa Joni PAUD harus mengenakan pakaian-pakaian ala timur tengah itu? Saya rasa tidak untuk di NTT. Joni hanya berlajar arti mencintai Indonesia, semangat mengibarkan merah putih. Tak perlu membawa replika senjata, apalagi Joni pakai cadar.. haha… Intinya Joni harus jadi Duta Anak Indonesia.  

Penulis: Moh Mahfud
Editor: MAHFUDISME






Posting Komentar

0 Komentar