MAHFUDISME - Setelah pembukaan Pengenalan Budaya Akademik
Kemahasiswaan (PBAK) UIN Antasari tanggal 17 Agustus kemarin, saya
sedikit tercengang karena warna jas almamater ini berubah total. Jujur saya baru tahu
saat pembukaan PBAK tersebut. Sebelumnya, saya tak pernah membaca berita
tentang perubahan jas almamater UIN Antasari baik dilaman resmi kampus maupun
media pers mahasiswa macam LPM Sukma. Setelah ditelusuri, saya hanya dapat
pengumuman soal penjualan jas almamater resmi dari Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan
Syariah (KSPPS) Pegawai UIN antasari (JPG).
Dalam keterangannya, tak ada sama sekali menyebutkan
soal perubahan itu, melainkan hanya sebuah himbauan kepada mahasiswa baru “Jas
alamamater yang benar dan yang sesuai dengan Statuta UIN Antasari hanya pada
jas alamamater yang tersedia (dijual) di Antasari Mart”. Seperti diketahui, bahwa Antasari Mart
merupakan anak usaha dari KSPPS. Sebab penghasilan harus jadi prioritas.
Perubahan jas ini tentunya menimbulkan spekulasi, dilaman resmi UIN Antasari, pada kategori “Pengumuman Resmi”,
sama sekali tak ada pengumuman mengenai perubahan jas almamater itu, dari Hijau
Tua-kini menjadi Biru Elektrik. Lalu pertanyaan yang muncul “kalau tidak ada
berita di pengumuman resmi, berarti perubahan jas ini tidak resmi, begitu?” (Lalu saya dapat kiriman dari Pimred LPM Sukma, Anna Desliani tentang Peraturan Menteri Agama RI Nomor 29 Tahun 2017, Tentang Statuta UIN Antasari Banjarmasin (PDF). Pada Bagian Kelima Busana Akademik, Pasal 11 Nomor 9, peraturan tentang jas almamater menyebutkan warna biru). Meski ada dalam PMA ini, saya dan tentunya alumni sedikit kecewa, karena tidak ada pemberitahuan "macam berita humas" di situs resmi kampus).
Sebagai mahasiswa yang pernah mengenakan jas almamater
hijau, saya tentunya bertanya-tanya, apakah perubahan ini sudah ada
pengumumannya atau mahasiswa menerima gitu aja tanpa ada pemberitahuan terlebih
dahulu? Sebagai mahasiswa dengan semester gendut, saya memang sudah tidak aktif
lagi dalam dunia perkampusan, terakhir saya terpaksa ke kampus karena bayar
SPP, selebihnya tak ada.
Jika buka lagi sejarah jas almamater kampus yang
dulunya Hijau ini, sudah terdapat tiga kali perubahan, dalam Majalah Antasari
misalnya, dulu jas almamater kampus ini berwarna kuning, mirip dengan warna jas
almamater Universitas Lambung Mangkurat sekarang. Lalu bergeser ketahun-tahun
berikutnya, jas almamater kembali berubah menjadi Hijau hingga akhirnya
sekarang juga harus berubah kewarna Biru Elektrik.
Makna dan tujuan dari perubahan antar masa ke masa ini
memang tidak jelas, terkecuali memang ada pengumuman perubahan warna itu
sendiri. Tapi sayang, yang terkesan bagi “alumni kampus hijau” adalah kampus
seolah-olah menyepelekan perubahan warna itu. Para alumni ini kemudian
bertanya-tanya terhadap perubahan ini.
Saya pun bertanya dengan memposting status di media
sosial, berharap ada jawaban pasti bagi yang tahu. Tapi sayang, justru yang
menanggapi adalah pertanyaan balik “Itu kenapa sih berubah warnanya” gitu.
Akhirnya saya pun cari tahu dengan menanyakan kepada mahasiswa yang masih aktif
dalam dunia kampus. Dan mereka pun nampaknya bingung, dan lebih mirisnya lagi,
malah nanya balik juga ke saya. Lah, piye?
Lalu siapakah orang yang lebih tahu? Tentunya selain
laman resmi kampus adalah Pak Rektor. Beliau yang memiliki media “Jendela” di Banjarmasin Post, setidaknya menyinggung dalam tulisannya perihal masalah perubahan ini, apalagi soal ini berkenaan langsung dengan
institusi sendiri, biar semuanya tidak dibuat bingung.
Lalu, teman saya yang juga seorang ustadzah dengan
bahasa dinginnya bilang “Dulu warnanya hijau karena latar belakang pimpinan
kampus hijau, dan sekarang biru Elektrik karena latar belakang pimpinannya juga
biru”. Dari pernyataan ini, ustadzah yang juga sudah alumni ini sebagai
faktor kekurangan info mengenai kapan dan mengapa berubah.
Teman sekaligus Kepala Tata Usaha disalah satu pondok
pesantren yang ada di Tamban dan merupakan alumni Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Antasari juga tak kalah sengit menimpali perubahan jas ini,
beliau mengirimkan sebuah foto dengan jas almamater UIN Antasari yang baru,
dengan dibumbuhi caption, beliau bilang “UIN Antasari, Rasa PMII Antasari”. Padahal saya tahu beliau merupakan kader PMII semasa kuliah. Tapi itulah yang namanya spekulasi, bisa ditafsirkan kemana-mana tanpa batasan-batasan.
Dari perbincangan dua alumni diatas, saya pun
dapat menyimpulkan, bahwa kesalahpahaman akan tercipta jika pihak pemangku
kepentingan ogah nulis berita terkait perubahan jas almamater. Dua
alumni diatas sah-sah saja menafsirkan hal demikian, toh dari kampus memang tidak jelas latar belakang perubahan
tersebut. Saya pun menduga, perubahan almamater ini sudah sesuai prosedur tapi
kering pemberitahuan.
Nama: Moh Mahfud
Editor: MAHFUDISME
0 Komentar