MAHFUDISME - Jika kita berliburan hari minggu di Siring Tandean,
Kota Banjarmasin, kita tidak hanya menikmati pemandangan transaksi jual beli
diatas perahu. Biasanya, orang-orang juga berbondong-bondong menyaksikan
atraksi kakek tua, berkulit gelap yang sedang memainkan api. Sekali pun umurnya
sudah Nampak tua, kakek tersebut tetap saja melakukan atraksinya, memutar-mutar
api hingga tubuhnya disulit menggunakan obor yang ada ditangannya sendiri.
Orang-orang menyebutnya “Kai Api”. Kadang dengan
menggunakan sepeda tuanya, beliau keliling disekitaran Siring dengan tungku api
diatas kepalanya. Nama lengkap beliau Muhammad Arshad. Mantan Atlet lari, baik
medali perunggu, perak dan emas pernah diraihnya. Bahkan, kakek yang merupakan
asli Banua ini, bukan hanya mengharumkan nama Kalimantan Selatan di tingkat
nasional, ia bahkan pernah juara lari di tingkat Internasional.
Umur 79 bukanlah penghalan beliau untuk menghibur dan
mencari sesuap nasi untuk menyambung hidup di kota Banjarmasin. Dengan
menghibur warga, kakek api berharap ada orang-orang yang memberikan rijekinya.
Dan jika dapat ia serahkan keistri buat makan, dan menyisakan sebagian yang
lain buat ditabung untuk berangkat haji.
Pertama saya melihat itu, tepat di malam hari tanggal
17 Agustus kemarin, dicara Talk Show Hitam Putih (klik ini jika mau menonton). Saya terkagum-kagum dengan
beliau. Dengan menggunakan pakaian persis seperti pakaian saat melakukan
atraksi di Siring, berkali-kali beliau mengucapkan syukur. Dan di awal acara,
sepertinya beliau tak tahan menbendung haru. Beliau menelungkupkan tangannya
kewajah dan tersedu, Mas Deddy pun nampak sesekali terhenti beberapa saat, lalu
mengusap-ngusap pundak kakek api.
“Saking bangganya saya dapat mendali, saking bangganya
saya ketemu (Mas Deddy)” ucap kakek sambil menyalimi Mas Dedy. Saya melihat Mas
Deddy juga berusaha untuk tidak menangis. Dan untungnya Mas Deddy bisa. Lalu
Mas Deddy membacakan sederet prestasi kakek api. “Saya jadi bingung tanyanya”
Kata Mas Dedy.
Kakek api pun bercerita panjang lebar, hingga sekarang
beliau sudah 16 tahun menjadi Kai Api. “Gak pernah ditawarkan kerja gitu di
pemerintah, misalnya jadi pelatih” Tanya Mas Dedy. Menurut si kakek dulu pernah
ditawari kerja, “Cuma kalau jadi pelatih dulu gak ada honornya” kata kakek api
sambil ketawa.
Saya jadi teringat atlet silat Fauzan Noor yang awal
tahun lalu menang tingkat internasional di Ceko. Dia dapat medali emas, dan
media-media mencari-carinya untuk diberitakan. Tidak ketinggalan, untuk menghargai
usaha Fauzan yang juga mendapatkan bonus dari Kementerian Pemudan dan Olahraga
(Kemenpora), Wali Kota Banjarmasin, Ibnu Sina menjamunya lalu menawarkan
pekerjaan buat Fauzan.
Memang, perjuangan Fauzan yang menurut ceritanya
sampai-sampai dia harus bawa dan makan mie instan untuk bekalnya. Perjuangan
yang sulit didapatkan dimanusia-manusia kampus macam Fauzan ini. Untuk itu lah
dia sangat pantas mendapatkan bonus dan tawaran pekerjaan itu. Tapi sayang,
jika melihat pengakuan kakek api dan melihat treak record beliau yang berhasil memenangkan banyak mendali,
justru yang terlintas dalam benak saya adalah “pilih kasih”. Hidup kakek dengan
cara “meminta-minta” seperti itu kesannya pemerintah menutup mata. Baik
pemerintah provinsi maupun kota kurang memandang atas prestasi beliau, atau
bisa jadi saya tidak tahu tawaran-tawaran pemerintah untuk si kakek apa saja.
Namun sekali lagi, jika mendengar kakek ngomong “ada, dulu ditawari bla.. bala”
seakan memang pemerintah hanya menawarkan posisi pelatih lari, dulu dan tanpa
honor pula.
Gesitnya pemerintah memberikan ucapan selamat dan
tawaran pekerjaan untuk Fauzan tidak berarti untuk kakek api. Saya yakin,
ditengah kemerdekaan yang sudah 73 tahun ini, kita suka lebih suka yang terbaru
dan melupakan lama. Hadirnya Kakek Muhammad Arshad di Trans7 membuka mata kita
semua bahwa menjadi atlet itu bukan perkara mudah dan kehidupannya akan
terjamin. Dengan mengumpulkan duit buat dimakan dan sisanya di tabung buat
berangkat haji lewat atraksi kakek api, kini beliau mendapat penghargaan dengan
diberangkatkan umroh oleh pihak Trans7.
Saya bakalan menduga, dengan kakek api sudah tampil di
hitam putih, akan ada banyak tawaran-tawaran lain bermunculan, hitung-hitung
sedekah sekaligus numpang nama beliau untuk masa depan pribadi yang lebih
cerah. Akan ada banyak poster-poster ucapakan selamat atau apalah, dan di
sela-sela poster si kakek api ada orang yang mengucapkan ini-itu. Sudah bisa
ketebak. Tapi itu mending, yang lebih naas lagi, setelah kakek api pulang dari
Jakarta, di Banjarmasin adem-adem saja. Dan membiarkan kakek api beratraksi
kembali. Nah kalau yang ini parah. Saya ada usul, ketimbang nunggu yang belum
pasti dari pemerintah, gimana kalau mahasiswa atau warga ngumpulkan dana buat
kakek api? Gimana bro, bray?
Penulis: Moh Mahfud
Editor: MAHFUDISME
0 Komentar