SURAT TERBUKA UNTUK MAHASISWA BARU UIN ANTASARI BANJARMASIN


MAHFUDISME - Assalamualikum, adik-adiku
Bagaimana kabar harimu, menyenangkan bukan jadi mahasiswa baru?
Sebenarnya, kakak sudah lelah menulis hal beginian, lebih-lebih nanti takutnya kakak dibilang condong ke organisasi eksternal ini dan itu, apalagi akibat dari tulisan kakak yang kemarin soal Jas Almamater Baru. Beragam tanggapan bilang kalau tulisan kakak nyinyir. Tapi kakak mah biasa-biasa saja, mau dibilang apa ya terserah, yang penting tugas seorang penulis ya menulis. Itu saja.

Jadi begini, Dik.
Kakak mau sedikit bercerita ketika kakak dulu sama posisinya seperti adik sekarang. Dulu, tepatnya tahun 2013 kakak hampir sama seperti adik yang sekarang, mengikuti PBAK (dulu OSPEK) dari pagi hingga sore, malamnya diskusi dengan kelompok, esok paginya begitu lagi. Lelahnya bukan main.

Sekarang kakak sadar betul, apalagi ditambah pengalaman pernah jadi ketua SC PBAK tahun 2017 kemarin, bahwa mengharapkan segala materi yang dicecoki dalam kepala dari kegiatan tersebut sangat mustahil. Biasanya, mahasiswa baru selesai PBAK hatinya begitu bergelora, semangatnya menggebu-gebu, dan tentunya cita-cita yang menyebar dalam seluruh darahnya adalah menjadi aktivis untuk melawan penindasan. Dulu kakak gitu, Dik.

Sekitar 3 atau sampai 4 bulan menjadi mahasiswa baru, kakak sangat rajin mengumpulkan pundi-pundi tanda tangan, kakak sangat rajin mengerjakan makalah meski hasil nyolong di blog orang, kakak sangat rajin datang keperputakaan, kakak sangat rajin bawa sekian banyak buku dalam tas, kakak sangat dialog dengan dosen-dosen, kakak sangat rajin, dan kakak saat itu begitu sangat rajin dalam segala hal.

Pada semester berikutnya, kakak menjajaki macam-macam organisasi, baik eksternal maupun internal. Tapi kemudian kakak menetap dirumah organisasi internal, tepatnya di LPM Sukma. Saat itu kakak begitu gila berorganisasi, lebih-lebih saat itu kakak masih tergolong jadi mahasiswa baru.

Semangat baru tentu terpendam dalam setiap yang baru, tapi lama kelamaan yang baru akan menua, semangat, harapan dan cita-cita juga tambah keriput dan kendor. Hal-hal indah semasa menjadi mahasiswa baru terangkai begitu sempurna, melihat masa depan seolah-olah bakalan datang dengan mudah dan penuh kebahagiaan. Saat itu, kakak melihat tentang hari esok, tentang bagaimana kelak tumbuh menjadi orang yang dibutuhkan di masyarakat. Tapi itu dulu, Dik. Dan sekarang lenyap berubah total.

Dulu kakak sering dan bahkan hati-hati soal absen, tapi sekarang kakak menjadi pemalas datang ke kampus, lebih-lebih mata kuliah sudah pada rampung semua. Sekarang ketika kakak datang ke kampus semuanya menjadi asing, hal apa saja menjadi sangat membosankan, dan seolah-olah kenangan waktu masuk kuliah tempo dulu adalah percuma.

Saat dulu kakak tak pernah ketinggalan makalah, nyatanya sekarang kakak harus rela 2 tahun terakhir tak mengerjakan apa-apa. Kakak malas mengejakaran skripsi, kakak tahu, pergulatan kawan-kawan menyempurnakan skripsinya kadang hanya mengejar jumlah halaman, mengejar desakan orang tua, dan satu hal yang banyak lupa, kawan-kawan kakak tak pernah bertanya “Apa gunanya setelah skripsi itu rampung?” Rata-rata hampir semuanya karya-karya paripurna mereka menjadi pajangan dan bahkan ada yang sudah hilang entah kemana. Itulah alasan kakak menjadi orang paling malas seperti sekarang. Tentu adik-adik jangan meniru. Tak baik. Tirulah kakak yang sudah lulus kilat. Nyatanya mereka adalah mahasiswa-mahasiswa pilihan.

Tempo dulu, kakak juga siang hari siang malam membaca buku, bacaan-bacaan buku, mulai dari buku agama, sastra, filsafat dan lainnya, semua kakak baca. Kakak sering begitu pongahnya datang ke kampus hanya untuk baca buku di perpustakaan. Lalu membacanya di dalam kelas, berharap ada yang melihat dan yang melihat bisa ketularan membaca juga. Itu dulu, Dik. Sekarang beda, buku-buku yang pernah kakak baca dulu kini begitu nyerap disebelah otak yang mana. Gak ada yang manjur, datar-datar saja ilmu. Akan tiba pada waktunya, buku sedemikian asing, dan bahasa-bahasa di dalamnya semakin tak karuan.

Kakak begitu bangga masuk di LPM Sukma, berteman dengan kawan macam Syarif Hidayatullah, SE (Marabahan), Ali Makki (Binuang), Ali Furqan (Bati-bati), Rizali Nurhadi, S.Sos (Tamban) dan Jahidatunnisa S.Pd (Sampit) adalah kawan-kawan yang sama membasuh peluh, menyerap getah organisasi, dan kami tahu cara berbagi makan.

Setelah PBAK yang melelahkan ini Dik. Kakak harap kita bisa ngopi bersama. Jika pas gajian, kakak ingin traktir ngopi kalian. Kakak ingin merasakan bagaimana nyamannya menjadi mahasiswa baru lagi. Kakak juga mau berpesan, jalanilah hidupmu yang baru ini, bacalah banyak buku, teruslah berproses, ikutlah organisasi dan yang terakhir jangan lupa bahagia. Itu aja, Dik.


Penulis: Moh Mahfud
Editor: MAHFUDISME


Posting Komentar

0 Komentar