MAHFUDISME - Pergi
ke kamar kecil untuk menuntaskan berak sudah pasti hal lumrah. Tapi
kalau
berak setting
waktunya dilakukan saat jam tidur dan tengah malam pula, tentu bikin merinding dan pengin nginep saja dalam WC semaleman.
Merasa sudah benar masuk ke WC eh
tahu-tahu masih
di kasur, apalagi tiba-tiba kasur
mengalami kenaikan suhu menghangat dan basah. Camuh banar, mengigau nih...
Mari
kita investigasi
rame-rame
penyebab mengigau pada
pragraf diatas tadi. Saya sering ngebayangin, barang
kali ini dampak sebelum tidur saya buka facebook. Sungkem dulu sama
mbahnya sosmed alam semesta ini. Maaf, mbah mungkin
hamba ini durhaka, akhir-akhir
ini jarang sekali mengunjungimu sebab
berandamu tak seindah cumbu rayu beranda instagramku. Oya Mbah, kemarin saya silaturrahim
kerumahmu, dan ada status emak-emak tak dikenal seleweran begitu saja,
beliau curhat
masalah Vaksin Rubella.
Statusnya bikin yang ngebaca gemeteran karena judul
(skripsinya ditolak) tulisannya mirip bule jemur diri di pantai selatan, amat menggoda
membaca isinya. Beliau curhat tentang lika-liku
anaknya yang terserang Rubella. Sang Emak tambah
berkobar semangatnya ketika dia tahu bahwa cuma dirinyalah yang bisa menyelamatkan
anak-anak dari Sabang sampai Meraoke hanya perantara video. Emak
itu kemudian menghimbau buat para orang tua agar menvaksin anaknya “Cukup
anak saya yang jadi korban, cukup keluarga saya yang menelan pahit virus
Rubella ini” ucap
beliau sambil ngebayangin jumlah penonton videonya jutaan orang.
Tapi mbah, yang
menarik dari curhatan si emak
bukan pada kisahnya
yang heroik itu. Tapi justeru dikolom
komentar.
Banyak yang saling sikut opini dan nyampah bahasa.
Ibarat buah yang hampir buruk, lalat-lalat biasanya
bergerumbung,
arak-arakan dan main nempel saja dikulit buah tadi. Tentu saja
bukan untuk
ngambil sisa nutrisi
didalamnya. Melainkan, secara
insting,
aroma buah tadi mengundang
koloni buat lalat
berkumpul mengadakan
rapat musyawarah hingga adu jantos. Analogi yang tepat dikolom komentar emak tadi juga demikian. Anggaplah yang
komentar tadi itu lalat. Lalat ya lain kecebong..
“Ini tak bisa
dibiarkan, kita
tidak mau anak kita nanti cacat akibat virus laknat,”
Ujar lalat hitam.
Lalat hitam rupayanya condong setuju dengan status si emak.
“Kakanda,
bukan kita tak mau anak
kita divaksin, tapi soal kehalalan
vaksin inilah yang membuat kita menundanya. Kalau masih tak jelas halalharamnya
kita tak berani memasukan
sesuatu kedalam tubuhku dengan barang
subhat.” Lemah lembut lalat putih menimpali. Ia tak akan menggunakan vaksin tersebut selama belum ada cap badaknya, eh maksudnya halal.
“Kata
Dinas Kesehatan Lalat (DKL) bilang, mereka dapat rekomendasi langsung dari Majelis Umat Lalat (MUL),” Lalat hijau
angkat suara sambil kipasan, ia yakin vaksin itu bisa digunakan, cuma nunggu waktu saja
masyarakat lalat tiba-tiba kejang-kejang sendirian karena Rubella.
Menghadapi persoalan pro-kontra vaksi dalam dunia
lalat, akhirnya Sesepuh Lalat (SL) angkat suara. Barangkali biar tidak semakin lebam itu
kolom komentar si emak. Selain
menjadi panutan, sesepuh lalat ini condong alim dan begitu bijak. Ia tak
mendukung salah satu keduanya yang bertikai karena hanya urusan vaksin laknatullah itu.
“Eyang
tak pernah kasih surat vaksinya halal, eyang cuma kasih rekomendasi. Dapat
perintah buat sertifikatpun tak ada. Halal atau haram itu nanti
kita uji dulu. Bagaimana ini, masa masyarakat mau di bodohi lagi. Cukupkan
drama Suku Kental Manis yang kehilangan Susunya saja yang menyerang kita. Bertahun-tahun lalat-lalat remaja kita kehilangan
kalsium susu, sudah, cukup itu saja” Sahut
SL yang juga merangkap jadi ketua MUL Pusat itu.
Musyawarah Lalat seketika
diam, lalu bubar tanpa permisi
setelah Eyang Lalat
begitu
bijaknya berbahasa. Bubarnya musyawarah tadi bukan
gara-gara si SL, tapi ada
manusia usil, ambil buah hampir busuk tadi. Semua lari kocar-kacir, mereka
takut dipukul atau
dijebak lem lengket lalu mati tanpa mengidap penyakit Rubella terlebih dahulu. Oke stop!
Mari kita kembali kepercakapan diatas mbah, perihal
vaksin dan kehalalannya sudah jadi bahan adonan dan guncingan
masyarakat sejak lama. Tak hanya vaksin Rubella ini saja, tapi vaksin yang lain
pun di guncingkan. Seyogyanya sebagai lalat sepuh, SL yang maha bijak itu,
besar hati berinisiatif menguji sendiri kehalalan vaksin. Demi kedamaian umat,
meredakan bau
ketek mulut netizen. Sebab yang jadi
taruhan kesehatan anak-anak lalat Nusantara.
Tak
maulah kita, melihat BPJS batuk-batuk tak sanggup menanggung beban orang sakit
seantero Indonesia. Nanti malah lama-lama kita kecipratan ludah BPJS atau entar
keburu mampus si BPJS karena bangkrut.
Dengungan
Netizen yang bikin adem muncul ada satu, dari kakak sepupuku. Ayah dengan anak
kembar pengantin ini nulis komentar “Hakikatnya Allah jua yang menjagakan” Ujar
beliau mengenai halal haramnya vaksin.
Punya
balita kembar tentu apa-apa selalu double. Termasuk urusan vaksin
sekalipun, untungnya vaksin yang ini di gratiskan sama pemerintah, tapi masih setelah halal dan setengahnya lagi haram.
Pegusutan
penyebab mengingau tak tentu arah ini kita sudahi saja. Mungkin aku lupa baca
bismilah sama do’a tidur, syukurnya mengigau pun aku hapal letak WC dimana.
Klarifikasi sedikit alhamdulillah kasurku aman, kering kusempat kedipkan
mata sebentar sebelum ngacir buang hajad.
Penulis: AnggunRio Pratiwi (Mahasiswa semester 5 yang bersiap menjadi calon guru paling di
benci murid. Kalo lagi produktif kuliah, kerjanya main-main bereng rumus yang
bikin ngantuk)
Editor: MAHFUDISME
0 Komentar