MAHFUDISME - Betapa keselnya ketika deklarasi Jokowi tadi malem,
nama Pak Mahfud MD gak disebutin. Kekeselan ini bermula ketika Gus Romy kemarin
bilang kalau inesial cawapres Jokowi ‘M’, bukan cuma itu, media turut serta
melakukan survey dengan nama Pak Mahfud MD sebagai orang yang paling unggul
namanya jadi wakil presiden.
Tapi semuanya sia-sia, harapanku pupus. Tapi ya mau gimana
lagi, namanya juga politik. Sedetik bisa mengubah susunan yang dirumuskan
puluhan hari. Sibuk koalisi juga mempengaruhi nama sang calon, Pak Mahfud MD
memang sudah ada di radar Jokowi, cuma kan koalisinya Jokowi begitu gemuk, ya
bisa aja masukan-masukan keluar masuk lewat kursi diskusi mereka. Bagi saya,
itu benar-benar menyebalkan.
Lalu kenapa saya termasuk orang yang mengharapkan Pak
Mahfud MD jadi wakil presiden? Yang jelas bukan karena kita sama-sama bernama
Mahfud, dan juga bukan karena kita berdua asli orang Madura. Bukan itu semua. Saya
memilih beliau karena keilmuan beliau, tidak lebih.
Meskipun PB PMII kemarin saya baca menolak, saya yakin
itu karena latar belakang Pak Mahfud MD organisasi HMI. Saya tak
mempermasalahkan itu, sebab itu sudah biasa. Selanjutnya, saya juga baca
analisa para pengamat politik, katanya “bisa saja, yang mengganjal Pak Mahfud
jadi wapres itu Cak Imin”. Nah loh…
Lalu ribut-ributlah di media sosial, apakah Pak Mahfud
MD ini benar-benar NU (NU tulen) atau hanya numpang ke”NU”annya. Nah semakin
seru saja. Tapi dalam pandangan saya, Pak Mahfud MD adalah orang NU, ya
meskipun beliau tidak secara aktif terlibat di organisasi ke NU-an, setidaknya
dari cara beliau berpikir, dia benar-benar NU ketimbang mereka yang ngaku NU
tapi nyatanya cuma diorganisasi. Pak Mahfud MD adalah refresentasi NU yang
sebenar-benarnya bagi saya, treack record beliau sangat NU tapi nyatanya dia di
telikung oleh “orang” NU juga. Itu politik, bung!
Sedemikian riuh berita soal pencalonan Pak Mahfud MD,
tadi malem adalah paling naas, nama beliau ternyata gak ada, benar-benar Pak
Mahfud MD di PHP. Padahal, menurut beliau “Saya sudah disuruh menyiapkan baju
putih dan sampai detil, tapi yang sudahlah, saya logowo” kata beliau, kalau
sudah begini kan kasihan. Benar-benar korban PHP Gus Romy, Survey dan kita. Sabar
ya Pak!!
Selain Pak Mahfud MD, yang benar-benar kecewa mungkin
Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Segala upaya yang di lakukan PKS selama ini
sia-sia setelah rekomendasi dua kandidat dari PKS harus hilang dalam sekejab.
Ijtima’ Ulama yang dilakukan Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama dan
merupakan inesiasi dari PKS sendiri hilang entah kemana.
Mas Sandi mungkin tipekal orang yang gak mau ribet
dalam segala urusan, asal lobi benar dan tawar sesuai harga barang, urusan bisa
selesai dan bahkan bisa mengalahkan hasil paripurna ijtima’ itu sendiri. Tapi
meski demikian, PKS yang dulunya ngotot bilang “Kalau wakil presiden dari Pak
Prabowo bukan ulama, kami akan carikan lagi ulama” kurang lebih begitu. Tapi
sampai tadi malem yang keluar nama Mas Sandi (saya curiga, jangan-jangan yang
disebut PKS itu memang ulama, jadi selama ini Mas Sandi pura-pura aja jadi
pengusaha, dan sebenarnya Mas Sandi adalah ulama?).
Ya begitulah pergulatan politik kita, seperti apapun
hasilnya ya tetep saja PKS harus merelakan posisi Mas Sandi yang sekarang.
Padahal dulu pernah mengancam, kalau wakil Pak Prabowo bukan dari kadernya, PKS
akan mengusung sendiri. Sekarang ya piye toh?
Jadi begitulah, meskipun Pak Mahfud MD dan PKS dari
kemarin-kemarin bergulat luar biasa, toh tadi malem prediksinya ngeluber
kemana-mana. Dan bisa dipastikan tahun 2019 mendatang terdapat dua calon. Kita akan
menunggu drama-drama apa saja yang bakalan mengantar kita hingga dalam boks
pemilihan. Santai ai lagi..
Penulis: Moh Mahfud
Editor: MAHFUDISME
0 Komentar