MAHFUDISME - Kemarin (2/8) puluhan
guru honorer menyambangi kantor DPRD Komisi IV, Banjarmasin. Beliau-beliau datang bukan
untuk demo dan mengibar-ngibarkan bendera lembaganya. Tapi beliau-beliau ini
curhat soal honornya yang semakin hari semakin “kayak” di makan tuyul. Padahal menurut
beliau, sebelumnya honornya lumayan buat beli sayuran, bayar air, bayar kredit
rumah, dan bayar token listrik, yaitu sebesar 2 juta lebih. Tapi lama kelamaan
honor itu kian merosot sampai di angka 1 juta rupiah perbulan. Kayak saham aja.
Padahal, bila dibandingkan dengan honor Office Boy (OB) sangat jauh berbeda, honor OB sekarang
hampir menyentuh angka 2 juta perbulan. Di bandingkan dengan menjadi guru,
tentu OB lebih mudah dan resikonya lebih sedikit ketimbang menyulam anak-anak
menjadi macam Lalu Zuhri Muhammad.
Tapi tetep saja yang
kuliah di jurusan keguruan makin tahun makin banyak. Dalam benak mereka saat
masih kuliah tentu tak ada bayangan soal gaji berapa dan kerja apa. Yang ada cuma
satu, yaitu mereka bahagia mencari ilmu dan berkelana.
Tapi bila di bandingkan
lagi honor 1 juta diatas dengan honor guru madrasah di kampungku, itu sudah
lumayan. Di sekolah madrasah yang mengajar mulai dari kelas 1 sampai kelas 6
harus membuat anak didiknya paham soal agama, mulai dari mengajari tauhid,
huruf hijaiyah, jurmiah hingga kisah-kisah para nabi mereka ajarkan kepada
mereka. Tapi coba tanya berapa gaji mereka selama 1 bulan? Atau paling gampang,
coba tanya guru ngaji kalian yang ada di kampung berapa dapat honor dalam
sebulan?
Emang, tuntutan hidup
kedepan semakin bikin pusing, lebih-lebih para cowok yang belum kawin. Duit 1
juta sebulan palingan cukup buat beli undangan di percetakan, itu pun masih
warna polos. 1 juta buat bayar UKT macam sekarang harus cari hutangan buat
ditambahin. 1 juta di era kecebong dan kampret sekarang gak cukup buat beli HP
Xiaomi. Ya Allah, ini duit benar-benar kehilangan berkah palingan ya?
Dengan datangnya para Guru Honorer ke DPRD
kemarin mudahan bisa menaikan harkat dan martabat guru honorer, tapi yang lebih
utama gaji para guru honorer di seluruh Kalimantan Selatan. Potong memotong
memang pemerintah ahlinya, melalui Permendagri Nomor 12 Tahun 2017, guru non
PNS harus rela 50% dari gajinya dimakan peraturan. Ya mau gimana lagi coba?
Udah ngajar capek, belum lagi ketika ada anak dibentak lalu lapor polisi dan di
perjara dipotong pula rejekinya. Ini negeri terlalu berakrobat.
Belum lagi kita bicara pengangguran.
Ada yang tahu perhasilan mereka perbulan berapa? Yap betul. Jumlah pengangguran
di Kalsel sebanyak 84.478 umat manusia se Kalimantan Selatan. Jika dianalogikan
ke rupiah, angka ini jelas belum cukup buat beli 1 produk kosmetik merk Wardah.
Kategori pengangguran ini emang paling gak enak. Jangan kita membayangkan
pengangguran itu kerjaan tiap harinya cuma ngelamun di pinggir sungai. Jelas bukan,
bisa saja kategori pengangguran karena tidak diserap kerja oleh perusahaan
tertentu. Lalu dicap ia belum bekerja. Tapi siapa tahu mereka-mereka lagi
menggarap sawah sama orang tuanya. Dan berasnya dijual, dibeli sama guru
honorer yang gajilnya 1 juta sebulan.
Mereka yang bahagia tak
mempersoalkan gaji, emak bapak
dirumahku jelas tanpa gaji. Beliau hanya nanam jagung, nanam apa aja yang biasa
tumbuh dan di makan. Perkara hasil jualnya jauh dari harga nyaman, tetep saja
beliau senyum dan bahagia. Banyak yang mengira kalau gaji besar hidupnya akan
nyaman, tapi banyak juga yang lupa bahwa bila kita bekerja dengan bahagia tak
selalu diukur dengan berapa gaji kita sebulan. Dan pertanyaan terakhir adalah, kecuali Tuhan,
siapa yang tahu gaji pengangguran sampai sekarang?
Penulis: Moh Mahfud
Editor: MAHFUDISME
Penulis: Moh Mahfud
Editor: MAHFUDISME
0 Komentar