MAHFUDISME - Jam 07.00 saya berangkat kerja. Sepanjang jalan, mulai dari anak TK sampai anak SMA, terlihat berdiri disisi jalan protokol. Saya lupa kalau hari ini (30/7) adalah hari dimana obor Asian Games tiba di Bandara Syamsuddin Noor, Banjarbaru.
Sepanjang jalan, anak-anak mengibar-ngibarkan bendera, mirip ketika Pak Presiden datang ke Haul Sekumpul kemarin. Ada juga yang bawa sepanduk menyambut Obor Abadi tersebut. Sedangkan guru-gurunya, sibuk ngurus dan ngerapiin posisi mereka. Hari yang lelah untuk para guru.
Penyambutan ini semacam perkara wajib, dan jika tidak pergi menyambut obor maka ia akan di kenakan sanksi, ya minimal ditegur setiba masuk kelas “Kemana lu tadi?” Kata sang guru. “Nganu pak” gitu hingga pada akhirnya ia harus berdiri didepan.
Kita semua tahu, obor yang terbang dari India ini - kata pemerintah dan penyelenggara Asian Games - agar membakar semangat anak-anak muda, khususnya mereka yang suka olahraga. Maklum saja, ini pergelaran akbar se Asia. Maka, parade obor harus keliling ke berbagai daerah. Termasuk Kalimantan Selatan.
Banyak yang bersyukur karena obor tersebut bisa berkunjung ke Banua, ya maklum, tak semua daerah di Indonesia kebagian untuk dikunjungi itu obor. Bagi sebagian orang, parade obor yang bikin macet itu patut diapresiasi dan Banua harus berbangga ria.
Selain anak-anak yang paginya harus melek serta berdiri berjejer mirip pais. Masyarakat merasa terpanggil untuk melihat obor tersebut sambil berfoto. Para atlet bergantian membawa obor, tentu kelihatan gagah, ditambah pengawalan yang cukup ketat. Orang-orang semakin merasa terpanggil seperti panggilan adzan dzuhur.
Sementara anak-anak yang mulai sejak pagi buta berdiri sudah banyak yang duduk, ada yang menguap, ada juga yang sudah tidur dipangkuan orang tuanya. Benar-benar pemandangan yang asyik dan yang jelas pemandangan pagi tadi mengalahkan Car Free Day-nya pak Walikota Banjarmasin.
Selain itu, yang tak kalah menarik ketika saya nelfon sopir buat nitip barang. Saya sudah menjadi pelanggan tetap si sopir ini, dan biasanya dari Kabupaten Tapin ke Banjarmasin sampai jam 11. Jam 12 saya telfon, beliau malah ngejawab dengan nada keras “Macet, ini terjebak macet!” katanya. “Macet kenapa pak?” Tanya saya yang gak nyadar kalau ada iring-iringan obor. “Yaudah nanti saya telfon lagi” sambungnya cetus.
Ternyata banyak yang mengeluh di medsos soal kemacetan itu. Pergerakan kendaraan hampir mustahil bisa ngegas 15KM/Jam. Emak-emak yang bawa sayuran harus bersabar gak nyampe-nyampe ketempat jualannya, bapak guru yang sejak pagi ngurusin siswanya harus ngelap dahinya berkali-kali. “Bagaimana Dinas Perhubungan mengatur rute, macet parah ini” celetuk pak Sopir waktu saya hubungi keduakalinya.
Memang, Alhamdulillah obor itu bisa melintasi Kalimantan Selatan. Cuma ya gimana kalau hanya karena obor tapi malah bikin ngeluh. Sedangkan seperti tahun-tahun sebelumnya, saat Hari Ulang Tahun Kalimantan Selatan jalan-jalan sepi, orang-orang sibuk mandiin burung dan mengkhayal.
Sementara penyambutan untuk Hari Ulang Tahun Kalsel mentok di baliho semata. Saya cuma bisa membayangkan jika saat Hari Ulang Tahun Kalimantan Selatan yang tanggal 9 ini bakalan digelar, orang-orang menyambutnya seperti menyambut obor Asian Games. Masyarakat keluar rumah, anak PAUD, TK, SMP, SMA hingga Perguruan Tinggi berjejer di pinggir jalan sambil menyanyikan lagu “Selamat Ulang Tahun” ke-68 tahun untuk Kalsel. Semuanya libur dan angkot-angkot gratis dinaiki kemanapun kita pergi. Pasti lebih seru daripada Obor Abadi yang bikin macet itu. Bujur kalo?
0 Komentar