SPEKULASI STATUS ANNA DESLIANI


MAHFUDISME Setelah sekian lamanya tak nulis, barangkali ini tulisan yang sedikit memaksa. Setelah ide tak begitu lancar dan mampet di bangku kerja. Akhirnya saya sedikit tergelitik dan bakalan mencoba menerka status WhatsApps adik kesayangan saya, Anna Desliani.

Sebelum masuk ke status Anna, mungkin ada baiknya saya akan menghadirkan sosok Anna ke kepala pembaca, perempuan yang masa kanak-kanaknya dihabiskan di Pagatan, Kalimantan Tengah ini terbilang top moncer berkarir di dunia kampus. Ya meski tidak pernah ikut-ikutan di kancah perpolitikan dan tak pernah menjabat di organisasi kepemerintahan kampus, Anna adalah sebagian dari sedikit perempuan kampus yang saya temui dan sering diskusi.

Jika perempuan kampus di ibaratkan parkiran perahu yang bersandar di pantai, maka Anna yang sebagai perahu yang sering diajak nelayan untuk menangkap ikan di tengah lautan, bergulat dengan gelombang kehidupan, kesunyian, dan kebisingan debur ombak menjadi teman sepanjang perjalanan. Anna adalah perahu yang sering berhadapan dengan malam dan sebentar lagi berselancar ketepian ditemani bintang-bintang. Kehidupan Anna benar-benar pelik.

Ya, analogi yang pas menurut saya ketika mengambarkan sosok Anna. Sedikit lebay, cuma sebagian lagi ada cerita-cerita haru, dan lucu soal Anna. Saya ingat betul ketika waktu saya KKN di Balangan, Anna mampir ke tempat saya “Saya seneng, bisa jalan-jalan begini, menambah pengalaman dan cerita-cerita” Katanya.

Sedikit banyak mengolek tentang Anna tentu yang paham keseharian dia adalah orang-orang tertentu, saya tak akan menyebutkan orang itu. Bagi saya, Anna bukan sembarang adik tingkat dan adik di organisasi. Saya sedikit banyak tahu, ketika tahun 2015 ia memutuskan bergabung dengan organisasiku, dengan khasnya yang pendiem dan wajah polosnya, siapa yang nyangka dia bisa bertahan dan mati-matian bergumul di organisasi itu. Sepak terjangnya bisa diajungi jempol, pertama, ia terberit-berit menjadi redaktur buletin mingguan (Buletin Berantas) yang setiap waktu harus bertukar kekesalan karena di suruh ini-itu sama pimpinan redaksi kala itu. Tapi pada akhirnya sekarang ia jadi pimpinan redaksi di LPM Sukma. Jabatan yang bukan sembarang jabatan ala organisasi lain. Tanggungjawabnya lebih berat dari pada soal rindu. Wawasannya harus lebih luas, kepekaan, daya baca, pengetahuan isu, tulisan, dan bahkan ia harus lupa bahwa cinta di dunia tak ada bedanya dengan remah-remah gorengan yang tak perlu dan percuma.

Saya sering diskusi dengan dia, ketika dia beberapa kali ngomong, seakan ada yang kosong dalam kepalanya dan omongannya seperti investor ilmu yang entah kapan bisa diterka hasilnya. Seandainya temen-temen berkawan dengan perempuan yang tiap harinya memakai motor scoopy merah ini, pastilah kalian sedikit kesulitan memahami ruang hidup dia yang penuh tanjakan, belokan, bendungan, hujan, cuaca yang tidak menentu dan hal-hal abstrak lainnya.

Akhir-akhir ini saya memang tidak banyak berkomunikasi dengan dia, palingan ya sekadarnya bila ada perlu penting. Bukan berarti saya hendak bermusuhan, tapi saya tahu, dia sekarang mengalami puncak pergulatan. Hidup penuh renungan dan kadang memang harus begitu.

Tadi malem saya lihat status Anna Desliani via WhatsApp. Statusnya yang biasanya mengkritisi soal kebijakan dan lain-lain, malam tadi sedikit berbeda. Ya, malam tadi dia cuma bikin status memakai emotion yang menurut saya mengandung segunung pertanyaan dan kekeselan.

Stephen Hawking dan Status Anna
Saat memperingati kematian Galileo, Stephen Hawking lahir. Saat perayaan lahirnya Albert Einstein, Stephen Hawking meninggal. Hampir seluruh media di dunia mengabarkan kematian Stephen dengan headline Stephen Hawking, dies in age 76. Tentu saja, media di Indonesia juga mengabarkan soal kematian itu. Yang selalu saya ingat kata-kata beliau adalah Although I cannot move and I have to speak through acomputer, in my mind I am free.
Lalu apa hubungannya kematian Stephen Hawking dengan status Anna? Saya juga sedikit terkejut ketika kematian Stephen dengan Status Anna begitu bersamaan. Analisa awal saya adalah, status Anna yang mengandung banyak spesikulasi tersebut seperti kenangan-kenangan Stephen yang mengalir, layaknya sajak duka lara yang getir. Ia yang lebih dari separuh hidupnya duduk di kursi roda karena Lou Gehrig yang dideritanya, toh tetap saja menorehkan banyak cerita. Begitu pandangan Anna dalam statusnya, emotion tersebut mengambarkan 2 kehidupan Stephen, yaitu duduk di kursi roda dan ia bebas berpikir.
Status Anna menggambarkan akan hal itu. 2 emotion, toga dan topi koki. Analogi saya, pertama, toga mengambarkan kebebasan berpikir Stephen. Belakangan serjana selalu digaungkan dengan kebebasan ia berekspresi, berpendapat, diskusi dan sebagainya. Serjana sebagai ikon manusia yang berada pada posisi luar biasa banyak untuk sekarang. Maka wajar saja, status Anna jumlah toga lebih banyak ketimbang topi koki, sebanyak 31 toga. Seakan pandangan Anna mau menyampaikan bahwa sekarang kita dihadapkan dengan yang namanya surplus serjana, sedangkan kedepan serjana semakin berhamburan duduk di bangku menjadi generasi nunduk (main game)
Sedangkan kedua, topi koki yang jumlahnya 29 menisyaratkan kelumpuhan Stephen yang selama 40 tahun hanya duduk di kursi roda. Pada ruang-ruang tertentu, banyak dari kita tak menyadari apa peran kita pada diri kita sendiri, lebih-lebih ke masyarakat lain? Hal ini digambarkan Anna pada sebuah profesi koki, ia sebagai perempuan seakan mengatakan bahwa perempuan sekarang selain mengalami degradasi pemikiran juga hanya sebagai penghidang makanan di meja.
Melihat Anna Lahir Kembali
Jarang-jarang ada perempuan macam Anna. Seperti pada umumnya, jika ente punya temen perempuan lalu ente ngajak diskusi habis sholat isya’ pasati jawabannya kalau gak ngerjakan makalah ya terikat aturan kost/asrama. Begitulah alasan sepanjang hidupnya ketika masih menjadi mahasiswa.

Sedangkan Anna? Tentu beda. Dia seakan tidak pernah puas dan selalu merasa dipojok kepalanya ada ruang kosong dan perlu di isi protein-protein diskusi, bertanya, tidak puas, dan penasaran. Jika dari semester 1 Anna terlihat bergulat dengan kepalanya sendiri, seakan baru-baru ini saya melihat Anna berusaha lahir, berusaha hadir, berusaha melawan takdir, berusaha nyinyir dengan kehidupan.
Bagaimana pun dan seperti apapun Anna, yang jelas kita ente pengen tahu, usahakan ente suka diskusi, suka jalan-jalan, suka kepada hal-hal yang tidak stagnan, dan sebagainya. Bagaimana? Anda penasaran ke Anna Desliani I.U???

Post a Comment

0 Comments