MERAYAKAN UNEG-UNEG

MAHFUDISME Dalam dua hari terakhir wankawan saya sedikit risih dan bisa dibilang awuk-awukan hatinya. Penyebabnya tidak lain karena kami lupa merayakan suatu hal. Akibatnya, saya dengan wankawan murung, meratapi hari depan yang murung. "Kelak perayaan harus diimbangi dengan kenyataan" Kata kawanku nyeletuk. "Maksudmu di hari valentine?" Yang satunya nanya lagi. "Apapun itu" Jawabnya tegas.

Wankawan saya memang akhir-akhir ini sentimennya tinggi, entah karena pengaruh alkohol atau ibadahnya dipuncak kasta paling tinggi. Yang jelas, mereka sumpek dengan kondisi sekarang "Apa pikiran kita buntu hingga perayaan ini harus digelar, semantara kita jalan ditempat dan orang-orang tepuk tangan untuk kita?" Entah ini pertanyaan yang keberapa kali dan begitu setiap hari.

Sebagai orang paling alim dan paling bijak diantara wankawanku, akhirnya saya beranikan diri menawarkan solusi, berharap kemurungan mereka mendapat sepercik cahaya dan pahala setelah baca tulisan ini.

Wankawan saya yang terhormat, tak ada yang salah dengan perayaan. Jika sebuah perayaan diibaratkan tai kucing, maka enduslah sampai hidung kalian menganga dan seolah itu bau nikmat yang bagi siapa saja menghirup akan menemukan ketenangan, keharuan dan hidup bahagia.

Tak usahlah berpikir bagaimana perayaan itu harus dirayakan. Dari Januari sampai Desember ada saja perayaan, entah hari hari-hari besar macam Hari Kemerdekaan atau hari-hari kecil macam Hari Ejakulasi Otak. Semuanya perlu dirayakan dan diberi tepuk tangan.

Wankawan saya yang terhormat masih belum paham? Oke saya sederhanakan wankawan Persma '13. Saya analogikan begini saja. Jika wankawan pulang kampung dan wankawan merintis LSM. Antum mulai dari merancang, memikirkan prospek kedepan, menjalankan, dan sebagainya hingga kalian jadi sesepuh tapi antum gak disebut-sebut ketika merayakan hari ulang tahun LSM itu sebagai pengagas. Maka wankawan janganlah bersedih. Tetaplah berharap pahala saja. Itu jauh lebih nikmat ketimbang hanya sekadar dirayakan tapi ngehek berpikir.

Toh kalau misalnya kinerja kalian maksimal terhadap LSM itu tapi secuil upilpun saat kalian melepas LSM itu kepanggung berikutnya tak dirayakan itu nasib kalian. Tetaplah bahagia, berharaplah pahala semata.

Begini wankawan Persma '13, diatas itu adalah analogi atau bahasa sederhananya adalah perumpamaan. Jadi, misalnya lagi, umpamanya kalian miskin berpikir, fakir pengetahuan, jahlul kontribusi atau datar-datar saja berproses dimana saja, tapi hidup kalian momennya pas maka siap-siapkan kalian angkat ketek, orang-orang akan menjunjung tinggi kalian, sekalipun kalian mirip pocong nebang pohon.

Tak usahlah bergundah ria, cukuplah wankawan puasa senin-kamis, jangan lupa tahajjud, kalau bisa sholat dhuha, jika memungkinkan i'tikaf dimasjid, itu jauh lebih bahagia dari pada mengharapkan orang memuja-muji kinerja wankawan. Tak usahlah jadi berhala sesaat, sebab Tuhan tahu kalian sudah berpeluh atau tidak, Tuhan tahu kalian pernah ngantuk mikirkan hari esok tau cuma nyampah keluh-kesah, Tuhan tahu mana perayaan dan mana merayakan. Tuhan Maha Tahu, kawan.




Post a Comment

0 Comments