BALADA IRA DAN FAHRI


MAHFUDISME "Sebab, cinta tidak timbul hanya dalam sekali pandang" kata perempuan itu sambil membetulkan kerudungnya. Seumur hidup, perempuan itu tidak pernah mengecat bibirnya dengan gincu, tapi beda untuk hari itu saja.

"Kau jatuh cinta?" Kata teman disampingnya.

"Apa pentingnya jatuh dalam cinta?" Sergap perempuan yang sudah selesai memakai gincu itu "Bagaimana sekarang, penampilanku lumayan 'kan?" Tambahnya lagi.

****
Semenjak percakapan sepintas dan sepontan ini, kini perempuan yang suka memakai lipstik tipis itu bernama Ira, nama lengkapnya Ira Ramah Muinniyah. Perawakan semampai, ia tak suka neko-neko bila soal pakaian "Sederhana tapi penuh makna" Kata dia.

Ira selalu percaya bahwa sekarang mencari orang sederhana sulit ditemui "Apalagi kesederhanaan cinta" Katanya. Kita memang sulit menebak siapa orang yang beruntung berada dilubuk hati Ira. Tapi setidaknya kita tahu, semenjak Ira memutuskan memakai lipstik, itu adalah tanda-tanda bahwa diam-diam ada yang menyepi dalam dirinya. Mungkin saja lelaki itu. Mungkin saja pangeran itu.

"Akhir-akhir ini aku gelisah, apa sebegini nyeri jatuh cinta?" Ujar Ira. Dia memoles lipstik dibibirnya lebih tebal, sesekali menaburi bagian-bagian pipinya dengan bedak "Supaya cinta tambah melekat dan padat" Ira terus saja ngomong dengan cermin didepannya. Sudah 54 menit dia didepan cermin, baru menit ke 55 ia benar-benar merasa jadi perempuan sempurna "Apalagi dia disampingku terus-terusan", Lalu dia duduk saja, dekat jendela yang menghadap kesawah itu. "Jika dia hijau sawah, aku ingin menjadi padi yang menjadi bagian dari warnanya" Lanjut Ira. Entah dia hari ini tak begitu semangat, ingin saja bermalas-malasan saja di dalam kamarnya.

Rumah Ira masuk diwilayah Kab. Banjar. Rumah yang jauh dari keramaian, sejuk, tenang dan jalanan sedikit beraspal. Setiap hari Ira mengendarai motor kekampus, di semester 6 ini ia bolak-bolak antara kampus ke rumahnya. Perjuangan yang melelahkan "Tapi jatuh cinta beratus kalilipat lebih melelahkan" Kata Ira.

****
Begini sodara-sodara, selain keromantisan, Ira memiliki kekonyolan. Dia sedikit tomboy, tapi sangat feminim. Nah antum bingung 'kan. Begitulah dia, rumit dan membingungkan hidupnya.

Biar anda tak merasa bingung, saya ingin memahamkan anda, simak baik-baik. Dan tentu anda jangan sakit hati karena dia sekarang benar-benar jatuh kedalam cinta. Anda tidak percaya silahkan bertanya langsung kepadanya.

Dia, kalau tidak salah, pernah ngomong langsung kesaya bahwa dia pernah jatuh cinta semasa dipondok. Tapi yang jelas kisah itu terpotong dan gak ada kelanjutannya. Saya tentu tahu gimana rasanya jatuh cinta dibalik tembok peraturan ketat dipondok (saya tidak baper lo ya). Jadi wajar saja kisah Ira harus berending membingungkan. 

Meski begitu, lambat laun kisah asmara Ira kini mulai tercium ke publik. Ini tentu karena Film Dilan. Gara-gara Dilan dia, kemarin kawan seorganisasinya memergokinya, dia duduk berduaan nonton film paling populer itu di bioskop, terus ditambah lagi status dia di WhatsApp. Seakan dia mengumandangkan bahwa dirinya sedang mabuk-mabuknya jatuh hati.

Pernah juga suatu ketika, lumayan banyak ke air terjun dan pulangnya kemalaman dan lagi-lagi si Ira nyosor di status WhatsAppnya "Terimakasih yang sudah mengantarkan saya kerumah" Lah, saya langsung curiga, ini kok kayak seneng cuma gak pengen orang tahu tapi di umumin ke publik, "kan bisa saja dia bilang makasih secara personal saja" kata batinku. Sepanjang waktu saya cuma merenung, berharap ada ledakan-ledakan baru yang muncul dari Ira, tapi tetep saja, seakan statusnya bicara sindir-sindirian saja. Takut diketahui orang, tapi saya yakin, hati dan kepalanya terbakar kasmaran. Ayak mang!

****
Ini bukan Fahri dalam film senetron, tapi ini Fahri yang hidupnya malang melintang jadi tukang desain, ibadah, organisasi dan sibuk menyiapkan judul skripsi. "Lebih berat urusan cinta dari pada bolak-balik menatap wajah dosen" keluhnya. Entah hari itu yang keberapa Fahri tidak menemukan dosen pembimbingnya. Wajahnya seolah lebih berat dari hari-hari sebelumnya. 

Setiap bangun pagi, Fahri selalu berharap esok akan lebih baik, ia hanya menatap jalanan yang dua hari terakhir selalu basah hujan. Ingin kemana saja menjadi malas, rumah seakan menjadi tempat paling nyaman menyukam rindu. "Bagaimana jika kelak aku bersamanya dalam satu rumah, anak-anak bermain dihalaman, palingan aku tak bosan menatap wajahnya berlama-lama" Fahri hanya merenung diamperan rumah, membayangkan dirinya dimasa depan. 

Ia cukup bosan dengan percintaan hanya sebatas WhatsApp, apa-apa WhatsApp, rindu mengalir di WhatsApp, sedangkan dikenyataan saling pendam memendam. Fahri seakan hidupnya terusik. Mau nangis ia tak tahu harus kepangkuan siapa, mau rindu terlalu dini. "Apakah ada agama yang memperbolehkan kawin di WhatsApp?" Pikirnya semakin frustasi. "Aku ingin berterus terang saja, aku lelaki, seperti apapun olokan temen aku akan hadapi" Lanjutnya lagi.

Semenjak pikiran dalam kepalanya macam-macam, ia putusku untuk sementara diam saja dirumah. Berharap orang yang dia sayangi mengetuk pintu dan mengucapkan salam dan Fahri akan menjawab "I love you to".

****
Begini sodara, cerita Ira dan Fahri bukanlah sekuel fiksi. Kenapa saya nekat nulis, meski orangnya protes keras, karena mereka berdua unik, dan saya meyakini dalam dada mereka sebenarnya berdebar kencang yang namanya rindu. Tapi mereka bakalan selalu bilang "kami cuma temenan, tidak lebih". Adalah alasan klise, absurd dan gagal nalar. 

Saat Ira ultah kemarin misal, Fahri mentraktirnya dengan tiket nonton, jalanan di mall (ini yang nampak, gimana yang lain?) dan lain-lain. Si Fahri memang sedikit pendiam, tapi si Ira seakan mengabarkan kepada kita lewat statusnya yang aduhai bikin bagi siapa akan teringat bagaimana mabuknya jatuh hati, bikin kita ingat saat antum ketemu orang yang sekarang jadi mantan antum. 

Cuma meski bagaimana pun, yang kita harapkan dari mereka bedua untuk saat ini bersahabat ataupun jadian, tak usahlah bermalu-malu bebek, toh kalau pun kalian jadian itu hak kalian. Kalau pun ada yang bilang "ciyee jadian" kalian harus yakin itu orang-orang paling tidak laku dan pengangguran. Ingat, hidup kalian bukan dijamin orang lain, tapi kalian sendiri yang bakalan menyusun dan merangkainya perlahan-lahan.

Post a Comment

0 Comments