RUMAH MAKAN SELURUH UMAT MAHASISWA


Sebagai mahasiswa pengamat serta pemerhati kebiasaan mahasiswa lainnya, sedikit banyak saya tahu tempat tongkrong yang tak bikin bolong kantong mahasiswa, tempat ngopi pengusir sepi, tempat pacaran colek-colekan, tempat mall pamer pantat, dan tempat makan yang ada tambahan nasinya.

Mengingat Banjarmasin, kita tentu bisa membayangkan betapa dari hari ke hari kota ini tambah sesak, penat, dan melelahkan. Di sepanjang ruas jalan dan gang kita menemukan banyak sekali warung, di jalan protokol restoran kian menjamur, di pusat wisata kuliner pun kita dihadapkan emak-emak jualan beraneka ragam makanan ringan.

Sebagai mahasiswa yang tidak begitu suka sama makanan di luar (kecuali ada yang traktir), kebiasaan saya adalah memperhatikan gerak-gerik mahasiswa yang lagi makan, makan sambil pacaran, makan sambil ngelamun, dll.

Perkenalkan, Rumah Makan Amalia, adalah tempat makan yang pengunjung tiap hari mayoritas mahasiswa, pagi yang makan ada mahasiswa, siang mahasiswa, malam juga mahasiswa. Rumah makan ini tergolong laris manis meski harus masuk di komplek Bumi Mas.

Masakan yang sederhana dengan tempat yang asyik pula membuat pengunjung semakin jatuh cinta. Pak Amal dan Bu Amal gara-gara jualan ini kemarin bisa berangkat haji. Jadi setiap kali ada mahasiswa yang makan di warung ini, dia adalah mahasiswa yang turut serta menyumbangkan sebagian hartanya demi cita-cita Pak Amal naik pesawat, bertemu ka'bah, dan masjidil Haram. Betapa mulianya mahasiswa yang makan diwarung sana. Ini analisa saya.

Tapi disisi lain, saya sering bertanya-tanya pada plang langgar depan kost, kenapa Rumah Makan Amalia begitu laris? Apakah Rumah Makan Amalia memakai jampi-jampi? Apa masakan yang di olah di campur dengan ajian-ajian ajaib? Sungguh pertanyaan yang seringkali mengusik ketika saya lapar.

Untuk itu, sekitar sepuluh menit saya melakukan investigasi di Rumah Makan itu. Kebetulan sahabat saya, Ahim, dapat rejeki. Kami berdua pesan nasi lalapan ke penjaga warung, dan kami pun duduk di deretan bangku paling pojok. Sebagai orang yang curiga, saya amati satu persatu pengunjung, cara makannya, cara duduknya, cara menikmati makannya, cara minum, cara karyawan memasak, cara, cara Pak Haji Amal menyambut pengunjung, cara pelayan melayani kami, pokoknya saya amati. Saya pun menulisnya satu-satu dari reaksi mereka.

Hal yang paling saya amati adalah, bagaimana Bu Haji Amal memasak. Saya yakin sumber kenapa pengunjung mahasiswa banyak adalah dari masakan beliau. Saya melihat Bu Haji memasak sambil menghadap ke barat membelakangi kami. Nah saya semakin penasaran dan menduga-duga "jangan-jangan Bu Haji memasukkan campuran ramuan ajib dan melapalkan mantra-mantra dalam masakan saat menghadap kebarat" pikirku.

Bu Haji mengangkat ayam yang sudah matang itu, menatanya di piring makan, di setiap sisi piring dihiasi mentimun, terong, kol, dll.

Saya semakin curiga, "jangan-jangan menata sayur-mayur itu diintruksikan langsung oleh jin" otakku semakin menjadi-jadi dalam menduga. Tiba-tiba wajah Bu Haji tatap-tatapan dengan mataku. Sontak aku palingkan wajah. Saya pun pura-pura ngobrol dengan Ahim. Tidak lama berselang, pelayan menyuguhkan hidangan pada kami berdua. Tentu saya makin penasaran kenapa warung ini laris manis pada mahasiswa.

Selesai makan, ternyata saya nyadar, dugaan-dugaanku salah semua. Bukan karena ada ramuan, jin, dan ajian-ajian yang membuat Rumah Makan Amalia ini laris manis ke mulut-mulut mahasiswa. Ternyata hal sepele, sepele sekali. Dugaan saya yang paling benar adalah karena disini ada tambahan nasi gratis bila makan ditempat. Dengan harga yang tidak begitu kejam, adalah alasan kenapa mahasiswa sering makan disini.

Selesai Ahim ke meja kasir, ingin sekali saya mau memeluk Pak Haji dan Bu Haji Amal. Saya ingin nangis tersedu-sedu dipelukan beliau dan bilang "terimakasih pak, sudah menyediakan tambahan nasi bagi kami semua. Sebab, kami tak begitu penting masakan ini-itu enak, asal perut kami berisi banyak". Pikirku. 

"Baaangg" Aku mendengar suara menyapaku dari belakang
"Bang, ayo naik, kita pulang" ternyata Ahim sudah diatas motor.



Post a Comment

0 Comments