MEMBELA BUPATI BARABAI

Tertangkapnya Pak Bupati Barabai membuat awal tahun ini Hulu Sungai Tengah (HST) tiba-tiba menjadi terkenal. Media nasional, lebih-lebih lokal seakan menemukan tema bagus yang akan di panjang dihalaman depan pada tanggal 4 Januari lalu.

Tapi bagi saya ini cukup menarik atas OTT nya Almukarram Pak Bupati. Jika media menyoroti kasus ini dari mahar pengembangan RSUD Damanhuri dan harta kekayaan Sang Bupati, itu wajar berita yang wajar-wajar saja. Tak ada yang istemewa. 

Tapi bagi saya yang tahunya cuma makan-tidur, tentu ada beberapa kejanggalan dalam penangkapan itu. Dari kejanggalan-kejanggalan inilah saya mencoba cari tahu dalam WC. Toh bagaimana pun kita tahu, ada permasalahan yang lebih raksasa ketimbang OTT orang nomor satu di Barabai ini.

Dalam tulisan ini ngehek ini, pertama, banyak para aktifis tahu bahwa di tangan Pak Bupati perijinan penambangan sangatlah sulit di Barabai. Komitmen ini tentu bukan karena umbar-umbar janji politik hingga dimenangkan beliau, kita tahu sampai sekarang Barabai masih asri, pegunungan Meratus masih rindang tapi tiba-tiba saja Sang Bupati Tumbang. Pertanyaan yang menggantayangi saya selama di WC adalah, apakah setelah Sang Bupati, yang menyulitkan perijinan tambang  tumbang, akan banyak bermunculan tambang-tambang di Kota Apam ini? Entahlah, hanya pak wakil yang tahu.

Lalu kedua, sebagaimana kita tahu bahwa kompetisi perusahaan di Kalsel, khususnya pertambangan, tak akan memandang siapa-siapa, jika menganjal laju perusahaan, siap-siap jadi pesakitan. Saya menduga Pak Bupati adalah sekian puluh ribu orang yang, bisa jadi, adalah korban keganasan ekonomi kapital. Siapa yang tak tahu bagaimana masibnya transaksi perijinan tambang terus setiap hari semakin mempersempit wilayah-wilayah penduduk asli. Misalnya kita ambil contoh daerah Binuang sana, bekas tambang dibiarkan menganga, aliran sungai yang macet, gunung-gunung diperkosa traktor, desa-desa yang diasingkan, dan sederet persoalan yang sepertinya tidak terjadi apa-apa untuk KPK.

Ketiga, jika kita melihat sejarah politiknya Sang Bupati, kita akan tahu bahwa beliau menang di daerah Barabai dengan mengendarai Partai Berkarya milik Bang Tomi Soeharto. Jika kita berkecimpung dalam dunia perpolitikan, kita tentu tahu disana banyak resiko. Degaan atau kejanggalan ketiga ini seperti biasa, dengan OTT nya Bang Latif, Partai Berkarya menjadi lemah syahwat, meriang, dan elektabilitasnya bakalan menurun. Jika sudah tumbang begini, partai-partai lain bisa saja meringsek masuk, dan menyusun ulang kebijakan-kebijakan baru. Tentu ini kita bisa lihat, bagaimana Barabai kedepan, mudah-mudahan Barabai masih rindang.

Kejanggalan penangkapan Bang Latif yang keempat adalah, masak ia dengan gemilangan harta yang dimiliki beliau kepincut duit Rp 3,6 miliar. Memang kalau duit segitu bagi anak kuliahan diluar nalar, cuma kalau bagi Bang Latif bisa jadi itu duit sedikit. Coba anda cek kekayaan beliau kalau gak percaya. Bagi kebanyakan orang mungkin akan menilai, Bang Latif lagi nimbun harta kekayaan, tapi bagi saya yang berpikirnya iseng ini, bisa jadi yang ngasih duit itu jebakan. Jebakan Batman.

Bagaimana pun terkait OTT KPK terhadap Pak Bupati, adalah gambaran bahwa kita haruslah hati-hati, apalagi tokoh publik. Seiring berjalannya waktu, bagi yang menyelimpung niat baik kita baik rival atau orang-orang terdekat kita. Pak Bupati mungkin berada dipusaran orang-orang yang tidak senang terhadap kebijakannya yang sesegera mungkin harus ditumbangkan. Pak Bupati dengan niatnya yang baik untuk melindungi hutan-hutan yang ada di Barabai, menjadi contoh, bahwa sekarang beliau menjadi pesakitan. Sebenarnya kita semua pelaku korupsi, tapi jika mengadili beliau hanya dengan OTT kemarin, kita haruslah membuka mata lebar-lebar, Pegunungan Meratus sedang terancam.

Ini tulisan bukan pengadilan. Jika anda curiga ini tulisan dapat uang dari bupati, sebaiknya anda semalam saja bermalam di kost saya... hahaha

Post a Comment

0 Comments