AHOK CERAI ISTRI, SAYA DAPAT SEPEDA LIPAT

Tadi malem sekitar jam 3an, Instagram storie Tempo  memposting soal Koh Ahok menggugat cerai istrinya. Saya sebagai orang pengagum beliau tentu tak langsung percaya "surat gugat cerai" itu.

Akhirnya saya semakin penasaran, sekitar jam 4 pagi saya masuk WC, mencari inspirasi, mencari tahu kebenaran berita-berita tersebut. Hampir saya buka semua situs-situs nasional, seperti Tempo, Kompas, Jawa Pos, Republika, Media Indonesia dan lainnya. Kecuali Tribunnews saya tidak buka, disana terlalu lebay berita-beritanya.

Di group WhattsAap (WA) tempat wartawan berbagi informasi juga mempertanyakan kebenaran surat-surat yang beredar itu. Dalam WC, saya tak habis pikir tokoh yang selama ini saya kagumi harus menceraikan istrinya, sedangkan anaknya sudah 3. Cakep pula. 

Disisi lain, twitter di banjiri orang-orang pengangguran dengan twit soal Ahok pula. Ada yang bilang Ahok jadi muallaf, Ahok biar terkenal lagi, settingan, strategi Ahok untuk melawan, dan lain-lain. Pokoknya bila saya berkunjung ke twitter pasti ketawa sendirian, apalagi dalam WC, puas saya.

Tepatnya jam 5 pagi, nah baru berita-berita bermunculan, ada yang ngatakan pengadilan membenarkan soal itu, ada yang bilang pengacara Ahok membenarkan itu, akhirnya saya semakin lemas, mau tidur tak nyaman, membayangkan Koh Ahok ada di kasur saya, rabahan, melihat langit-langit kost yang bocor.

Betapa kesepian Koh Ahok disana, di penjara gara-gara politisasi, terus sekarang malah cerai. Saya akhirnya berasumsi dan menhandai-ngandai, seandainya Koh Ahok beneran jadi Muallaf bagaimana reaksi alumni 212 dan koliganya. Oya antum tahu kan kalau sekarang ada 212 MART? Uhuk!

Pagi sekitar jam 8 saya dapat WA dari PT. Dakota Cargo, katanya barang saya sudah tiba di Banjarmasin, saya janji ngambil itu barang jam siang. Barang itu sebenarnya sepeda lipa merek Evegreen warna merah, sepeda hadiah dari Kominfo di Jakarta. Tentu saya bahagia karena itu hadiah juara blog MAHFUDISME ini. Haha

Tapi disaat saya bahagia, saya teringat lagi sama Pak Ahok. Seandainya bersamanya, saya ingin ngajak beliau putar-putar Taman Mathilda sambil boncengan di sepeda baruku, menikmati sore, menikmati malam, menikmati kepedihan-kepedihan hidup.



Post a Comment

0 Comments