Menginjak semester tua yang belum lulus-lulus, betapa pun suasana
gembira sangatlah membosankan, jenuh dan apalagi seminggu gak pegang duit
sepeser pun. Sungguh nasib mahasiswa perantauan, tapi saya setia. Haha..
Melihat kondisi yang dilakukan temen jurusan, akhirnya membuka
batin terdalam saya, kelenjar-kelenjar bergerak pelan, pori-pori terkatup
menghirup oksigen, dan tetep saja saya males menggarap skripsi.
Nah, dari kemalasan inilah saya sujud syukur, merenung lama, dan
mencoba menafsirkan kenapa saya males lulus cepat-cepat dan kenapa juga temen
saya pengen lulus buru-buru. Dalam sujud, saya menemukan fakta-fakta autentik
absurd kenapa kita haruslah jangan terburu-buru lulus kuliah.
Lulus dan Pengangguran
Memang sih ada juga temen yang anaknya orang kaya yang setelah
lulus tak perlu mikirin kerja, tapi di kampus saya, ya Gusti, di kampus saya
itu rata-rata ekonomi keluarganya menengah ke bawah terus ke bawah lagi.
Di saat teman dengan cucuran air mata karena bertoga saya hanya
sibuk menfoto-foto dia, di saat temen terbata-bata munaqasah skripsi saya hanya
sebagai audien yang ngantuk, di saat temen lulus semua saya hanya berbaring
dalam kost dan bahagia.
Mereka yang lulus berpikir bahwa ketika serjana semua aktifitas
kampus menjadi bebas dan mereka bebas denhan keserjanaannya. Tapi apakah kita
pernah berpikir bahwa selain cinta ditolak mengeluarkan air mata ternyata saat
ditanya "kerja dimana sekarang" lebih menyakitkan ketimbang kepala
kebanting di WC.
Sibuk-sibuk mau menjadi manusia bebas justru disaat itulah
orang-orang akan mengunjingi dirinya "serjana pengangguran". Maka
dari itu saya memilih lembat lulus dan berfoya-foya menganggur sebelum jadi
serjana pengangguran nanti. Naudzubillah!
Lulus dan Tuntutan
Saya sebagai orang yang kuliah nyari sendiri, makan sendiri, bayar
kost sendiri, cuci sendiri dan apa-apa sendiri harap bisa dimaklum karena
lambat lulus. Tapi bagaimana mereka yang cepet lulus karena tuntutan keluarga?
Nah, kemungkinan ini banyak terjadi. Tuntuntan orang tua dirumah
sepertinya menjadi teror menakutkan bagi mereka, maka saya menduga yang cepet
lulus karena faktor tuntutan keluarganya saja. Padahal sebenarnya dia mau
seperti saya.. hahaha
Tidak Lulus dan Kebebasan
Banjarmasin seakan menjadi kota primadona bagi siswa dalam
mengejar pendidikan. Di kota yang biasa-biasa saja ini mahasiswa bebas
melakukan apa saja, termasuk seperti saya ini. Tidur.
Saya coba beberapa kali nanya ke temen kenapa kamu belum lulus
"kamu belum lulus juga kan" katanya. Saya nanya ke mahasiswa yang
lain, ternyata jawabannya beragam, ada satu yang jawab begini "Kalau lulus
cepat dirumah gak bisa ngapa-ngapain selain ibadah" ucapnya, "disini
juga bebas kita mau kemana aja, dirumah pasti diawasi orang tua, kadang
dimarahi" lanjutnya.
Pada intinya jika kalian menemukan mahasiswa macam ini hampir
rata-rata terjadi pada perempuan. Perempuan di Banjarmasin seperti laron yang
terbang kemana aja, bebas, terserah.
Udah jangan Lulus
Sebagai orang yang memperjuangkan hak-hak kelambatan lulus kuliah,
saya menghimbau kepada semuanya. Mari gandengan tangan melawan mereka yang
lulus. Tiap hari kita semakin menderita dari semester ke semester. Tiap hari
kita dihantui moster bernama skripsi. Tiap hari adalah luka kita bersama.
Jika darah ini harus mengalir karena skripsi, maka hanya ada satu.
Lawan! Lawan! Lawan!..
"Mas, sudah iqomah" Kata Bapak-bapak disampingku.
Ternyata dari tadi saya masih dalam keadaan sujud. "Inggih Pak"
jawabku letih.
Penulis: Moh Mahfud
Editor: MAHFUDISME
0 Komentar