BEBERAPA ALASAN KENAPA JANGAN BURU-BURU LULUS KULIAH


MAHFUDISME Jika temen sejurusan tiap hari sibuk ngurusin lembar-lembar administrasi buat skripsi, saya justru sibuk tidur, nulis, tidur, makan, jalan dan merenung. Betapa letihnya mereka ngurus revisi karena kekurangan data disaat itu pula saya hanya kipasan ketek sepanjang hari sepanjang subuh.

Menginjak semester tua yang belum lulus-lulus, betapa pun suasana gembira sangatlah membosankan, jenuh dan apalagi seminggu gak pegang duit sepeser pun. Sungguh nasib mahasiswa perantauan, tapi saya setia. Haha..

Melihat kondisi yang dilakukan temen jurusan, akhirnya membuka batin terdalam saya, kelenjar-kelenjar bergerak pelan, pori-pori terkatup menghirup oksigen, dan tetep saja saya males menggarap skripsi.

Nah, dari kemalasan inilah saya sujud syukur, merenung lama, dan mencoba menafsirkan kenapa saya males lulus cepat-cepat dan kenapa juga temen saya pengen lulus buru-buru. Dalam sujud, saya menemukan fakta-fakta autentik absurd kenapa kita haruslah jangan terburu-buru lulus kuliah.

Lulus dan Pengangguran
Memang sih ada juga temen yang anaknya orang kaya yang setelah lulus tak perlu mikirin kerja, tapi di kampus saya, ya Gusti, di kampus saya itu rata-rata ekonomi keluarganya menengah ke bawah terus ke bawah lagi.

Di saat teman dengan cucuran air mata karena bertoga saya hanya sibuk menfoto-foto dia, di saat temen terbata-bata munaqasah skripsi saya hanya sebagai audien yang ngantuk, di saat temen lulus semua saya hanya berbaring dalam kost dan bahagia.

Mereka yang lulus berpikir bahwa ketika serjana semua aktifitas kampus menjadi bebas dan mereka bebas denhan keserjanaannya. Tapi apakah kita pernah berpikir bahwa selain cinta ditolak mengeluarkan air mata ternyata saat ditanya "kerja dimana sekarang" lebih menyakitkan ketimbang kepala kebanting di WC.

Sibuk-sibuk mau menjadi manusia bebas justru disaat itulah orang-orang akan mengunjingi dirinya "serjana pengangguran". Maka dari itu saya memilih lembat lulus dan berfoya-foya menganggur sebelum jadi serjana pengangguran nanti. Naudzubillah!

Lulus dan Tuntutan
Saya sebagai orang yang kuliah nyari sendiri, makan sendiri, bayar kost sendiri, cuci sendiri dan apa-apa sendiri harap bisa dimaklum karena lambat lulus. Tapi bagaimana mereka yang cepet lulus karena tuntutan keluarga?

Nah, kemungkinan ini banyak terjadi. Tuntuntan orang tua dirumah sepertinya menjadi teror menakutkan bagi mereka, maka saya menduga yang cepet lulus karena faktor tuntutan keluarganya saja. Padahal sebenarnya dia mau seperti saya.. hahaha

Tidak Lulus dan Kebebasan
Banjarmasin seakan menjadi kota primadona bagi siswa dalam mengejar pendidikan. Di kota yang biasa-biasa saja ini mahasiswa bebas melakukan apa saja, termasuk seperti saya ini. Tidur.

Saya coba beberapa kali nanya ke temen kenapa kamu belum lulus "kamu belum lulus juga kan" katanya. Saya nanya ke mahasiswa yang lain, ternyata jawabannya beragam, ada satu yang jawab begini "Kalau lulus cepat dirumah gak bisa ngapa-ngapain selain ibadah" ucapnya, "disini juga bebas kita mau kemana aja, dirumah pasti diawasi orang tua, kadang dimarahi" lanjutnya.

Pada intinya jika kalian menemukan mahasiswa macam ini hampir rata-rata terjadi pada perempuan. Perempuan di Banjarmasin seperti laron yang terbang kemana aja, bebas, terserah.

Udah jangan Lulus
Sebagai orang yang memperjuangkan hak-hak kelambatan lulus kuliah, saya menghimbau kepada semuanya. Mari gandengan tangan melawan mereka yang lulus. Tiap hari kita semakin menderita dari semester ke semester. Tiap hari kita dihantui moster bernama skripsi. Tiap hari adalah luka kita bersama.

Jika darah ini harus mengalir karena skripsi, maka hanya ada satu. Lawan! Lawan! Lawan!..

"Mas, sudah iqomah" Kata Bapak-bapak disampingku. Ternyata dari tadi saya masih dalam keadaan sujud. "Inggih Pak" jawabku letih.

Penulis: Moh Mahfud
Editor: MAHFUDISME

Posting Komentar

0 Komentar