SURAT RINDU UNTUK IBU

Disaat surat ini kutulis Bu, Kota Banjarmasin diselimuti hujan, cuaca tidak menentu, jalanan sedikit tergenang air, udara sedikit dingin dari hari-hari biasa, dan bising perempuan ngobrol soal jualan apa yang laku hari ini.

Saat sebegini malas untuk ngapa-ngapain Bu, saya hanya terbayang wajah Ibu saat dimana ibu menggendongku karena sakit perut, ibu jalan terberit-berit ketukang urut, saya hanya mau nangis tanpa berpikir posisimu juga sakit kepala. Dalam hari-hari disini, kubayangkan marah-marahmu saat aku males ngaji, hingga pada akhirnya aku bisa membaca alif dan seterusnya. Bagaimana kabarmu disana, Bu?

Disini, orang-orang sibuk Bu. Mereka tak mengenal yang namanya peduli kecuali kelurganya, mereka juga tak paham bagaimana menjadi hidup yang benar, disini hanya ada satu jalan soal harta dan selalu harta. Aku merinduimu Bu saat kau bilang "jika kau makan duduklah, itu sebagai penghormatan pada makanan". Disini orang-orang bebas makan Bu, intinya makan, dan masa bodo dengan simbol-simbol makanan. Disini hidup begitu payah, bagaimana kabarmu disana, Bu?

Hari ini genap 4 tahun saya pergi darimu. Kusebrangi lautan dengan ketakutan, kujalani hidup dengan kebosanan, kulalui kuliah dengan rasa ketidakpuasan, dan hidup serasa begitu kosong Bu. Mungkin orang-orang mengira jika hidup bisa diperbaiki dengan pendidikan yang tinggi, maka sudah kukejar, mungkin orang-orang mengira yang serjana hidupnya sentoso sudah kuusahakan, tapi setelah pencarianku Bu, hidup terasa kosong, semakin sepi dan tamu-tamu kebosanan tiap bertandang di kepalaku. Bagaimana kabarmu disana, Bu?

Hidup disini Bu, sama absurdnya dengan mimpi-mimpiku dulu. Orang-orang berkumpul tiap tahunnya puluhan ribu untuk mengenyam pendidikan. Tidak, mereka bukan cari atau menambah ilmunya, mereka hanya sibuk berpesta soal kebebasan dari kungkunga  keluarga, mereka selanjutnya sibuk membahagiakan diri dengan pergi ke pantai, gunung, mall, dan menumpuk baju-baju baru. Mereka tidak mengerti ilmu Bu, termasuk saya. Disini memang hidup kepalang absurd. Teman bisa saja cuma sehari dan penghormatan ke yang tua adalah hal terbodoh bila dijalankan. Lantas, bagaimana kabarmu disana, Bu?

Saya rindu mengantarkan Ibu kepasar, mengantarkan adik-adik tiap hari kesekolah, atau Ibu menyuruh motong rumput buat sapi, saya rindu itu, Bu. Benar-benar rindu. Bagaimana kabar keluarga disana, Bu?

Saat hari ini, orang sibuk mengucap selamat hari ibu dan memposting foto soal ibu. Sementara saya hanya ingin satu saat sebegini hidup, saya ingin mencium tangan ibu lalu memeluknya erat-erat.

Disini Bu, sekarang hujan sudah reda, bising kendaraan perlahan lebih sedikit, warung-warung banyak yang tutup dan ditempatku hanya ada aku sendirian, tak ada siapa-siapa kecuali hidup yang bosanan. Hidup memang tak sebegini 'kan Bu? Apa ibu bahagia disana, bagaimana kabar bapak, adik-adik sudah makan?

Merindukanmu Bu adalah segala-galanya, matamu adalah lautan teduh, nasehatmu adalah jalan penuh bunga-bunga syukur, dan disini aku begitu sendiri Bu, sangat sendiri.

Banjarmasin 22 Desember 2017

Post a Comment

0 Comments