PETANI JUGA MANUSIA (OPINI KEMANUSIAAN)

Dokumen Pribadi

Petani, profesi yang melekat pada rakyat kecil tidak saja dijalani dengan ketergantungan, tetapi juga menuai ketertindasan dari sistem kapitalisme yang mengglobal.

Sebuah jurnal terbitan Insist Jogja, Jurnal "Wacana" memajang judul besar-besar sebagai head line, "Jeratan Petani dalam Kapitalisme Global". Sebuah judul yang mungkin tidak sengeri dari isi jurnal tersebut, sebuah penghisapan petani oleh kekuatan gigantis. Sebuah jurnal yang menggambarkan masa kini dan masa depan petani yang semakin terjajah dan tidak berdaya oleh kakuatan raksasa yang bernama kapitalisme global.

Kapitalisme adalah sebuah paham yang sampai saat ini masih harus dibicarakan. Bukan hanya sekadar masalah moral saja akan tetapi sebuah bahan perenungan menuju masa depan umat manusia.

Walau kapitalisme seringkali menjadi komok yang sangat menggelisahkan, ia sampai saat sekarang masih menjadi warna dalam sistem perekonomian dunia. Padahal, banyak sudah gerakan-gerakan yang mencoba menjungkalkan ideologi eksploitatif tersebut, sebut saja Karl Marx yang sangat menggebu-gebu dalam menumpasnya. Ideologi komunisme yang sempat dibangun oleh pemikiran Karl Marx, juga sempat mewarnai hampir sebagian dunia. Meski akhirnya, banyak yang mengatakan komunisme telah mati, Marx masih menyisakan sebuah jejak tentang nilai moral humanisme dari penindasan dan eksploitasi.

Petani, mungkin sekelompok manusia yang paling naas dalam kehidupan ini. Mereka adalah sekelompok manusia yang hampir selalu berada dalam penindasan. Marx dalam segala teorinya mencoba secara realistis menggambarkan nuansa setiap ketertindasan dari petani. Tiga kurun kapitalisme telah dilalui yang artinya mereka tertindas dalam kurun waktu itu. Dalam kurun waktu kapitalisme feodal, mereka dihisap oleh tuang-tuan tanah yang dilegitimasi oleh kaum bangsawan dan kaum puritan (agamawan). Pada kapitalisme modern sebuah kurun waktu kapitalisme yang identik dengan revolusi industri dan teknologi, mereka juga terjajah lewat penciptaan dan ketergantungan dengan tekonologi dan modal. 

Marx menganalisis bagaimana para pemodal secara perlahan-lahan dengan kekuatan modalnya mencoba menggiring petani keluar dari desanya untuk menjadi buruh dan kemudian menguasai tanah serta membuatnya terganung dari hasil industri dan modal. Dan kapitalisme global yang saat ini semakin menghantui dengan kekuatan baru, kekuatan modal yang besar dan managemen yang canggih. Sepertinya, semakin benar saja apa yang dikemukakan Horkheimer dari sekolah Frank Furt yang mengtakan bahwa, kapitalisme tak akan mati karena dibuai oleh kenikmatan fasilitas kapitalis.

Ktergantungan petani adalah sebuah kelemahan yang sangat-sangat menguntungkan bagi pemodal untuk meningkatkan modalnya. Melihat yang demikian, para pemodal berusaha keras membuat bagaimana petani sangat tergantung kepada pemodal. Secara sederhana, banyak kalangan melihat penjualan obat-obatan pertanian, seperti pastisida, adalah sebuah alat yang digunakan untuk menciptakan ketergantungan. Bagimana pastisida tidak hanya mampu membunuh serangga-serangga yang merugikan, tatapi juga menghancurkan sistem ekologi karena membunuh anggota komunitas lainnya. Seperti cacing tanah yang mempunyai peran menggemburkan tanah atau musuh bilogi hama yang alami adalah momok bagi sang hama, petani sangat tergantung pada pastisida yang diciptakan pemodal.

Ditingkat penguasaan tanah, petani seringkali terpinggirkan. Pemodal dengan kompradornya, pemerintah justru menguasai petani dalam jumlah yang sangat besar. Kita coba baca sejarah bagaimana Bob Hasan dan Soeharto cs menguasai banyak sekali hutan untuk kepentingannya, sementara masyarakat yang hanya mengambil satu dua batang pohon dikejar-kejar dan dipenjara. Salahkan bila masyarakat tani mencoba melakukan reclaiming?

Rendahnya penguasaan oleh petani mengakibatkan semakin tergantungnya petani kepada pemodal yang notabene menguasai teknologi karena modalnya yang bejibun. Benih-benih atau tanaman rekayasa genetik telah banyak dimunculkan oleh para pemodal untuk menguras kocek para petani. Unuk melindungi industri benih atau tanaman genetik ini, para pemodal mempunyai dua cara. Yaitu, sui generis (semacam hak paten) dan teknologi terminator. 

Ada sebuah contoh kasus unuk membenarkan hal ini, yaitu ketika seorang petani yang bernama Percy Schmeiser dari Saskatchewan terkejut ditindak secara hukum karena menyimpan benih untuk musim berikutnya. Ia dituntut oleh raksasa biotek Monsanto Corp atas pelanggaran penggunaan ulang kepemilikan benih rekayasa genetik. Monsanto telah memiliki paten tersebut dan melarang petani untuk menyimpan benih, sehingga mereka harus membeli benih baru setiap tahun.

Monsanto juga membeli sebuah perusahaan benih Mississipi, Delta Pine Corp, yang mengembangkan teknologi terminator, sebuah "polisi gen" yang berlebihan. Teknologi ini menciptakan tanaman yang akan dibunuh keturunannya sendiri dengan menghasilkan benih-benih mandul. Tujuannya, untuk membantu perusahaan bioteknologi untuk ttap mengkontrol tanaman paten mereka. Dengan demikian, tidak mungkin bagi petani membuat benih sendiri untuk ditanam kembali. Jadi disinilah tidak ada lagi namanya pemuliaan benih secara tradisional yanh biasanya dilakukan sendiri oleh petani. Kemudian, lebih parahnya lagi, serbuk sari dari  tanaman teminator ini dapat menyerbuki tanaman terdekat hanb masih asli dan kemudian membuatnha mandul. Dan bila kerabat yang terdekat tanaman tersebut terkena kontaminasi silang, dapat membahayakan penyediaan pangan dunia.

Dan lembaga-lembaga dunia seperti Word Trade Organization (WHO), Word Intelctual Property Organization (WIPO), dan Union for The Protection of New Varieties of Plants (UPOV) telah membantu komporasi TNCs (Transnational Corporations) mengembangkan cakar-cakarnya untuk menyita tanah dan hak-hak petani kecil untuk hidup. Dengan modalnya, TNCs memonopoli pemuliaan tanaman, produksi tanaman, perdagangan dan sebagainya.

Begiulah bagaimana kapitalisme global mencoba menyelinap hampir dipelosok sektor kehidupan. Monopoli, penindasan, penghisapan, pembuat ketergantungan adalah sebuah modus operandi dari kapitalisme. Mungkinkah kapitalisme akan hancur seperti yang diperkirakan oleh Antonio Cramsci? Dan petani akan mendapatkan hari kemerdekaannya dari kapitalisme? Banyak yang meragukan pandangan Antonio Cramsci, termasuk Horkeimer. Tapi mestikah kita diam saja?
Tulisan ini dikut sertakan dalam lomba blog Dompet Dhuafa
  • #BulanKemanusiaan
  • #HeroJamanNow
  • #MembentangKebaikan




Post a Comment

0 Comments