KOTAKU
Karya: Muhammad Nur Azmi
Dibangun dengan pagar yang panjang
Awal peradaban kekuasaan
Sekarang sejarah tak berarti sama sekali
Kau hanya sebagai boneka
Berdiri untuk kepentingan pribadi
Banjarmasin 08, Desember 2017
SI SERIBU MENYERBU
Karya: Anggun Rio Pratiwi
Rembulan tak lagi indah kawan
Saat datang beriring hujan
Rumah kita penuh luapan
Sungai yang menjajah daratan
Kota kita tetap seribu
Si sungai yang datang menyerbu
Untungnya ia tak meraju
Setelah semalam pulang tanpa ragu
KOTA YANG KU RANTAU
Karya: Nafida Putri
Kota yang disebut kota 1000 sungai
Merantau ku jauh kesini…
Meninggalkan sejuta kenangan di tempat asalku
Sejenak ku disini
Menaikmai kota dengan 1000 sungai
BANJARMASIN
Karya: Mirna
Banjarmasin...
Apa orang bilang?
Banjarmasin seribu sungai?
Apa untungnya seribu sungai kalau itu jadi pelimpahan tak bergun.
Apa artinya mereka?
Kita anggap apa mereka?
Mereka menangis...
Akan keadaan yang miris...
BAIKNYA PETUGAS KESEHATAN
JALAN TOL BANJARMASIN
Luka terbuka menganga
Tubuhnya ambruk diatas jalan
Butuh berapa nyawa lagi?
Hilir mudik sedari pagi
Sampai mentari pamit
Kacau jalanan
Sebrangi jalan korbankan nyawa
Pengguna jalan tak perduli
Laju bak pembalap
Tabrak sana sini dianggapanya jagau
Butuh berapa nyawa lagi yg kau mau?
Bukan salahnya
Salahmu
Salamu tuan
Tak buatkan mereka jembatan penyebrangan!
Karya: Nada Fauzannah
Petugas kesehatan dinegeri Ini sangat perhatian apalagi kepada kami para orang miskin, bagi mereka kami orang miskin tidak boleh sakit, setiap kami sakit dan datang kepada mereka, mereka pasti langsung memasang muka masam, mungkin mereka merajuk peringatan mereka tidak di indahkan, mereka juga tidak ingin kami merasakan pahitnya rasa obat, mereka sangat tahu sekali makan enak saja kami susah jangan lagi ditambah harus makan sesuatu yang pahit, kalian sangat baik sekali.JALAN TOL BANJARMASIN
Karya: Dita Oktaviani
Darah mengalir cepat menelusuri kulitnyaLuka terbuka menganga
Tubuhnya ambruk diatas jalan
Butuh berapa nyawa lagi?
Hilir mudik sedari pagi
Sampai mentari pamit
Kacau jalanan
Sebrangi jalan korbankan nyawa
Pengguna jalan tak perduli
Laju bak pembalap
Tabrak sana sini dianggapanya jagau
Butuh berapa nyawa lagi yg kau mau?
Bukan salahnya
Salahmu
Salamu tuan
Tak buatkan mereka jembatan penyebrangan!
Notes: Puisi-puisi diatas merupakan penugasan puisi ketika sabtu kemaren (9/12) saya mengisi materi di LPM Sukma. Tulisan-tulisan tersebut, sepenuhnya tanggung jawab penulis masing-masing. Salam berkarya.
0 Komentar