MENATA BANJARMASIN, MENUJU SMART CITY PERTAMA DI KALIMANTAN SELATAN

Arrahman.com

Kota Banjarmasin adalah salah satu kota yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Beberapa masalah yang bakalan di hadapi Banjarmasin adalah masalah urbanisasi yang berakibat pada bertambahnya masalah konsentrasi tenaga kerja yang masuk tidak diimbangi dengan kualitas sumber daya manusia dan tersedianya lapangan pekerjaan. Banjarmasin yang sekarang perkembangannya, masih di 'hantui sektor formal', yaitu Pedagang Kaki Lima (PKL).

Banyaknya PKL sepanjang Jalan Ahmad Yani, mulai dari rute Banjarmasin-Tabalong atau Banjarmasin-Kotabaru menjadi pemandangan yang mungkin ada di kota lain. Tapi, di Banjarmasin sendiri, agaknya berbeda dengan kabupaten/kota yang ada di lingkungan Kalimantan Selatan. Seakan  Wali Kota sekarang  sedang berbenah diri, mulai dari tata ruang kota, lingkungan, kemacetan lalu lintas, kebersihan, wisata sungai dan keindahannya hampir semuanya tersentuh. 

Kembali lagi ke PKL, semenjak Ibnu Sina menjabat, yang paling dominan terlihat adalah soal pengelolaan PKL. Jika sebelumnya PKL boleh berjualan sepanjang jalan Ahmad Yani, kalau anda ke Banjarmasin, sekarang ada pasar baru, yaitu Pasar Kuliner Baiman yang tak lain adalah perkumpulan dari semua PKL yang dulunya berjualan di trotoar itu. 

Namun, kita sebagai warga selalu berharap tentang perubahan Banjarmasin ke arah yang lebih baik, PKL memang di kelola dengan baik. Namun, persoalannya adalah bagiamana mengelola penataan Banjarmasin ini agar mendorong terciptanya Banjarmasin smart city?

Setidaknya menurut penulis ada tiga perspektif yang menjadi tantangan untuk pemerintah kedepannya agar Banjarmasin tidak kalah dengan perkembangan kota di Jawa dan Sumatra yang lebih dulu bergerak, yaitu;

Perspektif Penanganan Masalah Tata Ruang
Pembangunan perkantoran harus mampu menciptakan tata ruang yang adil, sehat, aman, berkarakter budaya dan berkelanjutan. Oleh karena itu, penataan tata ruang kota Banjarmasin harus memperhatikan aspek historis kota, kultur, sosial-ekonomi, tata ruang juga berorientasi pada pembangunan kota yang berkelanjutan.

Memperhatikan aspek historial kota berarti, bahwa kota Banjarmasin pada awalnya adalah kota yang berkembang dari unsur-unsur tradisional kerajaan Banjar yang menjunjung tinggi nilai-nilai tradisi Banjar. Nilai-nilai dan tradisi tersebut secara antropologis di simbolkan kedalam berbagai bentuk bangunan fisik yang jika direnungkan dan orang-orang melihat mempunyai makna yang dalam. Bangunan dan kawasan yang demikian sebagai landmark kota, yang membedakan kota Banjarmasin dengan kota lain. Dalam perkembangannya, Banjarmasin menjadi kota modern yang serat dengan nilai-nilai sejarahnya dan terus menerus mengupdate diri.

Sedangkan pembangunan kota yang berkelanjutan adalah penataan Banjarmasin harus mampu melihat jauh kedepan dengan memperhatikan kebutuhan jangka panjang pembangunan sebuah perkotaan. Harapan masyarakat tersebut, menginginkan Banjarmasin sebagai kota pariwisata seribu sungai dan lainnya harus diletakkan dalam posisi proporsional. Artinya, dalam menyusun rencana tersebut hendaknya partisipasi masyarakat menjadi salah satu unsur penting.

Perspektif Penanganan Masalah Kemiskinan
Penanganan masalah kemiskinan yang bersifat struktural adalah dengan memperdayakan masyarakat. Bukan rahasia lagi masalah kemiskinan struktural ada di sebuah kota. Untuk itu, saya kira penting diperhatikan partisipasi masyarakat  dalam perencanaan publik, sosialisasi yang cukup, monitoring serta evalusasi kebijakan publik oleh masyarakat itu sendiri.

Dalam kontek mewujudkan Smart City, Banjarmasin harus terus berupaya merangsang kebutuhan masyarakat berbagai kelas agar kemiskinan menjadi prioritas dalam menemukan solusi. Dengan begitu, bukan tidak mungkin, jika kemiskinan menurun, masyarakat secara bertahap menjadi pendukung perubahan Banjarmasin ke smart city.

Perspektif Smart City Of Borneo
Pengembangan teknologi informasi dan komunikasi serta penerapan elektronifikasi merupakan aspek penting menuju penerapan konsep smart city yang nantinya diharapkan dapat memperbaiki pelayanan pemerintah kota untuk menghasilkan proses kerja yang lebih efektif dan efisien. Lalu, jika kita tengok Banjarmasin apak mendekati dari konsep smart city?

"Kota ini memang tua sekali, tapi semangat kota ini benar-benar masih muda," kata Wali Kota Banjarmasin Ibnu Sina saat memberikan sambutan ulang tahun Banjarmasin yang ke-491 kemarin. Menurut catatan dinas pariwisata, setidaknya wisatawan  mencapai 5000 pengunjung setiap minggunya. Kebijakan pembangunan Pemkot Banjarmasin dengan motto "Baiman" (barasih dan nyaman) juga telah melahirkan perubahan besar.

Dengan demikian, perubahan pendidikan, sumber daya alam dan manusia serta industri sekarang menghasilkan satu nilai ekonomis. Akan ada kemudahan-kemudahan yang akan tercipta seperti aspek tenaga kerja, pengelolaan kemiskinan, dan pariwisata. Bukan tidak mungkin Banjarmasin menjadi smart city pertama di Kalimantan Selatan bila Banjarmasin terus berbenah diri dan tidak cepat puas.


#Menuju100SmartCity

Post a Comment

0 Comments