PEMBENTUKAN KARAKTER BANGSA MELALUI MEMBACA SEJAK DINI

Apa Perpustakaan itu? Perpustakaan diartikan sebuah ruangan atau gedung yang digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya yang biasanya disimpan menurut tata susunan tertentu yang digunakan pembaca bukan untuk dijual ( Sulistyo, Basuki ; 1991 ). Ada dua unsur utama dalam perpustakaan, yaitu buku dan ruangan. Namun, di zaman sekarang, koleksi sebuah perpustakaan tidak hanya terbatas berupa buku-buku, tetapi bisa berupa film, slide, atau lainnya, yang dapat diterima di perpustakaan sebagai sumber informasi. Kemudian semua sumber informasi itu diorganisir, disusun teratur, sehingga ketika kita membutuhkan suatu informasi, kita dengan mudah dapat menemukannya. Dalam bahasa Indonesia dikenal istilah “perpustakaan”(berasal dari kata Sansekerta pustaka ) artinya kitab, buku. Dalam bahasa Inggris, pembaca tentu mengenal istilah library (berasal dari kata Latin liber atau libri ) artinya buku. Dari kata Latin tersebut terbentuklah istilah librarus yang artinya tentang buku. Dalam bahasa Belanda bibliotheek , Jerman bibliothek , Perancis bibliothrquo, Spanyol bibliotheca, dan Portugal bibliotheca. Semua istilah itu (berasal dari bahasa Yunani biblia ) artinya tentang buku, kitab. Perpustakaan adalah fasilitas atau tempat menyediakan sarana bahan bacaan.

Menurut RUU Perpustakaan pada Bab I pasal 1 menyatakan Perpustakaan adalah institusi yang mengumpulkan pengetahuan tercetak dan terekam, mengelolanya dengan cara khusus guna memenuhi kebutuhan intelektualitas para penggunanya melalui beragam cara interaksi pengetahuan. Apa tujuan pendirian perpustakaan? Tujuan dari perpustakaan sendiri, khususnya perpustakaan perguruan tinggi adalah memberikan layanan informasi untuk kegiatan belajar, penelitian, dan pengabdian masyarakat dalam rangka melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi (Wiranto dkk,1997).

Melihat tujuan dari perpustakaan sendiri tentu sangat jelas bawasannya peran sebuah perpustakaan itu sangat penting tidak hanya untuk pendidikan di perguruan tinggi atau sekolah tetapi juga untuk masyarakat luas, untuk pembangunan Bangsa dan Negara kearah yang lebih maju. Ada yang mengatakan bahwa: “bangsa yang maju memiliki masyarakat yang gemar membaca” lalu bagaimana dengan Indonesia? Apakah masyarakatnya gemar membaca? Apakah perpustakaan di Indonesia sudah memiliki peran signifikan dalam hal meningkatkan minat baca?. Terutama di dalam bidang pendidikan, perpustakaan tidak hanya menjadi sarana pelengkap akan tetapi perpustakaan menjadi jantung dari pendidikan itu sendiri. Perpustakaan tak hanya menjadi pendorong dalam hal menciptakan minat baca, tetapi juga memberikan sumber-sumber ilmu dan menjadi sarana rekreasi bagi pengunjung perpustakaan. Buku adalah guru yang paling baik karena buku tidak pernah jemu menggurui kita. Ia dengan sabar membimbing dan melayani setiap pembacanya, tidak terikat dengan waktu dan tempat, buku juga menjadi jendela dari membaca semua orang bisa melihat dunia, bisa mengetahui peradaban, akan tetapi, kini jendela dunia itu telah koyak di negeri kita. Maka rakyat pun tidak sanggup memandangi indahnya wajah dunia yang penuh pesona ini. Belum cukup sampai di situ. Kekaburan melihat dunia juga diperparah oleh tingkat kerabunan bangsa karena dilanda gejala buta aksara di mana-mana. Kesedihan semakin menjadi dengan melihat perpustakaan yang merupakan taman para pencari hikmah dikelola asal-asalan oleh para pustakawan yang hanya berperan sebagai penunggu buku, bukan sebagai garda ilmu pengetahuan (Suherman,2009). Perpustakan-perpustakaan di sekolah memang ada namun belum terealisasi dengan benar, hanya sebagian sekolah yang mampu mengelola perpustakaanya dengan mengikutkan pelatihan guru mata pelajaran yang kekurangan jam mengajar. Akan tetapi peran seorang pustakawan yang memang benar-benar ahli tetap menjadi pilar terpenting didalam pengadaan sebuah perpustakaan. Ironis, meskipun ada Undang-undang untuk pengelolaan perpustakaan namun tetap saja pustakawan di pandang sebelah mata dan keberadaanya ibarat pohon yang tak nampak.

Persepsi masyarakat tentang perpustakaan yang berisi sederet buku-buku yang membosankan semakin menjadikan perpustakan sepi pengunjung, masyarakat lebih memilih membaca melalui dunia maya karna kecanggihan teknologi. Akan tetapi budaya membaca tetap harus dibudayakan sejak dini agar kiranya masyarakat gemar membaca dan minat akan perpustakaan juga meningkat karena perpustakaan menyediakan sarana untuk membaca dan menambah ilmu pengetahuan. Dengan membaca pula seseorang akan terbentuk kepribadianya menjadi lebih baik. Kepribadian adalah pola menyeluruh semua kemampuan, perbuatan serta kebiasaan seseorang, baik yang jasmani, mental, rohani, emosional maupun sosial. Semua ini telah ditatanya dalam caranya yang khas, di bawah beraneka pengaruh dari luar. Pola ini terwujud dari tingkah lakunya dalam usahanya menjadi manusia sebagaimana dikehendakinya (Heuken,1989). Peran perpustakaan juga mampu berpengaruh besar terhadap perubahan tingkah laku dan pola pikir seseorang. Dengan membaca buku seseorang menemukan pengetahuan, gagasan-gagasan yang mampu menambah pengetahuan. Selain itu kepribadian manusia itu dapat berubah, itu berarti kepribadi manusia itu mudah atau dapat dipengaruhi oleh sesuatu. Karena itu ada usaha mendidik kepribadi, membentuk kepribadi, membentuk watak atau mendidik watak. Artinya berusaha untuk memperbaiki kehidupan anak yang nampak kurang baik, sehingga menjadi baik (Sijanto dkk,1984).

Pergeseran minat baca masyarakat di era globalisasi semakin meningkat dengan adanya teknologi yang semakin canggih handphone yang di lengkapi fiture-fiture canggih semakin menghilangkan semangat membaca di tambah jejaring sosial yang semakin menjadi-jadi menjadikan masyarakat lebih suka menulis status di jejaring sosial secara berjamaah, padahal hal semacam itu tidak ada manfaatnya. Pengaruh dari budaya luar yang semakin membuat masyarakat lebih condong meninggalkan buku sebagai salah satu bentuk hiburan. Padahal orang-orang di barat sana mereka memiliki minat baca yang sangat tinggi oleh karena itu masyarakat negara-negara barat lebih produktif dan lebih cerdas, mereka mampu meningkatkan sumber daya manusia mereka, mereka mampu membuat alat-alat canggih untuk membantu pekerjaan sehari-hari, lalu bagaimana dengan Indonesia? Negara kita seoalah hanya menjadi penikmat keberhasilan negara barat. Ironis. Minat baca masyarakat Indonesia memang sangat minim tapi bukan berarti tidak bisa di tingkatkan. Untuk meningkatkan minat baca peran dari eksternal dan internal sangat berpengaruh, peran orang tua, lingkungan, guru-guru di sekolah dapat membatu anak untuk membiasakan membaca. Orang tua bisa mengajak anak-anak mereka ke pameran buku atau berkunjung keperpustakaan untuk mengenalkan buku pada anak-anak, jangan hanya menagajak liburan di mall dan menghabisakan uang untuk main di wahana hiburan, tetapi juga memperkenalkan hal-hal kecil yang nantinya bisa berdampak besar dikemudian hari. Jika kebiasaan membaca menjadi kebiasaan maka membaca menjadi suatu kebutuhan layaknya sandang, pangan, dan papan yang harus dipenuhi setiap hari. Pembentukan bangsa yang cerdas perlu di lakukan mulai hari ini, mulai dari diri sendiri.

Jika peran orang tua juga sangat penting dalam hal memulai meningkatkan minat baca, peran guru-guru disekolah juga tidak kalah pentingnya, perpustakaan merupakan jantunya pendidikan yang sangat berpengaruh dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan pembentukan kepribadian. Dalam hal ini memang sangat diperlukan semua kalangan masyarakat sekolah turut ambil bagian dalam segala hal, jika guru mengajak para murid keperpustakaan tentulah perpustakaan tersebut perlu di benahi terlebih dahulu, koleksi yang mencukupi, fasilitas yang memadai dan tenaga pustakawan yang mampu merupakan aspek yang penting. Jika para guru mampu menyebarkan “virus” gemar membaca kepada seluruh murid disekolah serta pustakawan yang mampu mempromosikan perpustakaan, jika hal ini sudah terlaksana perubahan besar atas bangsa ini akan terjadi, Indonesia memiliki masyarakat yang gemar membaca dan mencintai buku. Indonesia akan memiliki peradaban-peradaban yang maju nantinya dan tidak lagi menikmati hasil karya negara barat, tapi bangsa ini akan mampu menikmati hasil karya anak bangsa.



Post a Comment

0 Comments