Indonesia dan mimpi kami

 Banjarmasin, 20 Juni 2014

Yth.
calon Presiden Republik Indonesia.

Assalamualaikum Wr. Wb.

Salam hormat,
Bapak Presiden yang kami rindukan, perkenalkan, kami putra-putri bangsa Indonesia yang bakal menjadi rakyat Anda selama 5 tahun mendatang, dan Anda sebagai ruh dari negara ini tentu bakal tahu kemana arah Indonesia selama kepemimpinan Bapak. Jika Bapak menjadi pemimpin negeri ini, itu adalah amanah dari kami. kami yang hidup diatas bongkahan tanah air yang subur mungkin hanya sebagian yang ini berkeluh kesah tentang problem sosial yang benar-benar kami rasakan. 

Antara pejabat dan rakyatnya kini sudah berjarak dan bahkan mungkin najis kalau-kalau tangan bersih mereka menyentuh tangan rakyat yang kumal. dan tak heran lagi kalau suatu waktu, suara kami harus di pendam dalam-dalam karena tak ada yang bisa mendengarkan lagi suara purau kami. Hidup memang penuh tantangan kata guru ngaji kami dulu, bahkan sistem kelas jabatan tak jarang ada yang selalu saling sindir bahkan harus menyudutkan demi kepentingan masing-masing dan kami mendengar itu. Jangankan memperhatikan kami, mereka-mereka sudah disibukan dengan apa 'peran' mereka sekarang. Tapi perkenankan kami, bahwa kami masih punya mimpi "masa depan milik mereka yang percaya kepada keindahan mimpinya" begitulah Denny J.A dalam mengutip kata-kata Eleanor Roosevelt dalam menyemangati kebuntuan keluhan kami di era yang kacau ini.


Bapak Presiden yang kamu rindukan kedekatannya, kami miris ketika mendengar Plt Ahok di "kejar-kejar" karena Agamanya berlainan dengan manyoritas rakyatnya di Jakarta. padahal ini negara hukum bukan negara yang selalu didengung-dengungkan "populis masyarakatnya Islam". dan sangat miris rasanya ketika membaca petikan puisi Denny J.A yang berjudul Sapu tangan Fang Yin kalau ini benar-benar ada di Indonesia, mungkin beginilah bunyi puisi itu--

Hari itu negeri berjalan tanpa pemerintah
Hukum ditelantarkan, huru-hara di mana-mana
Yang terdengar hanya teriakan
Kejar Cina! Bunuh Cina! Massa tak terkendalikan.

Langit menghitam oleh kobaran asap
Dari rumah-rumah dan pertokoan –
Semua terkesima, tak ada yang merasa siap
Melindungi diri sendiri dari keganasan.

ini bukan lagi soal ke 'anggunan' dalam puisi itu, Pak! tapi inilah Indonesia yang kata orang-orang negara hukum dan bukan negara islam. tapi yang bermunculan selalu 'tentang faham yang ia anut' bukan apa yang telah diberikan kepada bangsa. Baiklah, kita kembali ke Bapak Ahok diatas, manurut saya pribadi, kita bukan lagi membutuhkan pemimpin yang berlandaskan agamanya, tapi bagaimana sikap Ahok menanggapi permasalahannya dengan sikap tegas dan bahkan yang tersinggung merasa bahka Ahok sangat kontroversial. Tapi sudahlah!, inilah rakyat negeri kita, negeri Indonesia raya. dan asal bapak tahu, kita selalu beranggapan bahwa yang faham 'kiri' seperti Soekarno dan Gus Dur selalu menjadi orang-orang terhebat yang pernah memimpin negeri ini. kadang beliau berdua juga tak luput dari ocehan nyeleneh dan kontroversial. tapi beliau selalu mengedepankan kesetaraan ketimbang memilih bagaimana ia harus menyikapi hidup yang bersebrangan.

Bapak Presiden yang kami rindukan, mungkin itulah segelintir gambaran kenapa Indonesia masih belum 'aman' dari cara pandang ras, keyakinan dan status sosial. Jika Bapak berkenan, ijinkan kami mengutarakan mimpi kami dan hiduplah Indonesia raya.

kami putra-putri Indonesia berharap kepada Bapak Presiden Republik Indonesia untuk benar-benar membumikan negara hukum ini atas dasar hukum yang sebanar-benarnya, bukan soal keyakinan atau status sosial yang membuat masyarakat dan pemimpinnya berjarak. lihatlah ribuan hutan yang dihuni rakyat-rakyat desa. jutaan meraka yang punya kehidupan di bumi Indonesia masih terkungkung mereka sama sekali tak tersentuh tangan lembut bapak. coba tanyakan pada mereka, mungkin mereka tidak tahu presidennya, sebab pergantian presiden apapun kebijakannya tak ada bedanya. katanya 'mensejahterakan' rakyat, dan ujung-ujungnya masih banyak kelaparan yang itu harus tidak terjadi di negeri subur ini.

kami putra-putri bangsa Indonesia meminta kepada Bapak. Adili mereka yang membuat rusuh seperti di Jogja dengan hukum yang sebenar-benarnya. bilang pada mereka yang selalu membuat pandangan yang lain beranggapan jelek pada keturunan yang bukan asli pri bumi. bahwa Indonesia saat ini bukan menanti mereka yang asli pri bumi tapi malah korupsi, tapi merindukan para pemimpin yang benar-benar memajukan Indonesia dan tentu tanpa diskriminasi sekecil apa pun.

kami putra-putri bangsa Indonesia mengingkan pemimpin yang berbaur langsung dengan masyarakatnya. datang pada kampung-kampung kami dan melihat keluhan dada kami yang sebenar-benarnya. bukan hanya mendengarkan dari media kalau di kampung sana ada rakyatnya yang kelaparan. itu sangat tidak manusia jika Anda sebagai pemimpin negeri ini. pangkas mereka yang selalu mengedepankan persoalan keturunan, sosial, ras, dan sakte yang kerap dijadikan dalil awal mulanya kerusuhan. hukum mereka, dan berantas cukong-cukong yang meski sedikit tidak menyetarakan antara satu dengan yang lain.

mungkin itulah mimpi kami Pak, mimpi yang masih berantakan. semoga Bapak berkenan membacanya dan tentu semoga lagi Indonesia lebih aman dan tentram dari sebelum-sebelumnya. Dan terakhir, kami ucapkan terimakasih tanpa batas sudah berkenang menjadi pemimpin negeri ini, kami butuh Anda yang benar-benar ada untuk kami, bukan demi kepentingan negara tentangga, tapi perut lapar kami adalah tanggung jawab Anda.
salam dari anak-anak petani yang masih saja punya mimpi
Banjarmasin














Post a Comment

0 Comments