TIGA SARAN UNTUK PAK AHOK SETELAH BEBAS



Assalamualaikum, Koh...
Semoga sampeyan sehat, panjenengan bahagia di Mako Brimob sana. Amin....

Masih ingat saya kan, Koh. Tentu Koh tak ingat karena banyak masalah dan banyak baca buku. Kita pernah ketemu suatu hari, saya lupa tanggalnya, yang jelas, pas saat Koh Ahok macak-macak Haji Lulung, eh maksud saya UPS. Saat itu Koh pas di depan saya dengan wajah keringetan, sementara posisi saya waktu itu tiduran melihat koh di tivi.

Begini koh, sebelum saya memberi saran ke koh setelah bebas nanti, saya mau cerita soal demo buruh di Jakarta kemarin, kebetulan waktu itu tidak ditengah-tengah mereka, tapi lihat tivi. 

"Kenapa kita berdiri di sini? Karena kita tidak menyangka. Masih ingat kawan-kawan kenapa kita kemarin dukung Anies dan Sandi?" kata perwakilan buruh saat demo.

"Kita enggak pernah pilih (Anies-Sandi), kalau yang kita calonkan orang sakit ingatan," 

Tapi sudahlah, itu urusan buruh dengan Pak Anies-Sandi. Memangnya mahluk bernama Jakarta melulu harus dipikirin, nggak kan? Jadi, berikut ini tiga saran yang perlu dilakukan setelah koh lulus dari Mako Brimob dengan saya (lah).

Naik gunung Halau-halau sambil baca puisi
Memangnya cuma Gunung Bromo dan Puncak Bogor aja yang terkenal? Sorri ajalah, bagi kami mahasiswa di Kalimantan Selatan juga ada gunung yang tak kalah keren dari dua gunung diatas tuh. Namanya Gunung Halau-halau dengan ketinggian 1.901 mdpl. Gimana pembaca mojokiyah tertarik? Tapi saya tak akan membawa kalian kesana, silahkan cari sendiri di internet.

Saya ke sana akan bawa koh Ahok, menaiki gunung, melewati hutan tropis, dan sesampai diatas mata kami dimanjakan kabut dan dingin. Soal finansial, saya serahkan ke koh Ahok, maklum, saya kan mencarikan solusi biar koh Ahok tidak sumpek terus di Jakarta, masak saya harus ngeluarin duit pula? Coba pikir, saya ini mahasiswa yang semesternya sudah diatas angka 10. Ingat itu!

Oke, kembali gunung. Di gunung Halau-halau, saya dengan koh Ahok akan mendirikan tenda, menyalakan api unggun, memasak teh hangat sambil melihat bintang gemintang. Membuang jauh-jauh tetek bengek makhluk bernama Jakarta, macet bernama Jakarta, MRT bernama Jakarta. Pokoknya haram tuh ngingat Jakarta (Astaghfirullah Mahfud).

Kami akan menghabiskan malam dengan membaca puisi bertema hutan, kami terus bergiliran hingga habis satu buku lanjut ke buku yang lain. Dengan begini, koh Ahok yang dulu omongannya keras, setelah turun gunung bakalan lembut, menjadi orang yang hatinya enyuh dan tentu di sayangi lagi sama lawan-lawan politiknya. Lalu koh Ahok niatan pindah saja dari Jakarta ke Kalimantan Selatan aja. Hahaha...

Jadi Gubernur Madura saja
Saya masih ingat betapa bringasnya permainan politik Jakarta kemarin. Maklum, ibu kota. Tapi apakah anak-anak kota lain politiknya bakalan bringas? Kita tunggu Bandung dan daerah lain, saya yakin tak jauh beda.

Nah, saran saya yang kedua untuk koh Ahok adalah jadi gubernur Madura. "MK menolak hal itu" pasti pembaca mojokiyah bakalan ngomong gitu. Jadi saya akan perjelas soal Provinsi Madura. Begini, saya sebagai orang yang lahir dan besar di Madura sering kali ngehek dibilang orang Jawa sekalipun Madura masuk kawasan Jawa Timur. Perlu di ingat, bahwa kultur Madura itu bukan jawa, lihat bahasanya, adatnya, pokoknya jauh dengan penilaian jawa. Makanya, kami sering malas kalau kami harus mengaku orang jawa, "Saya Madura" begitulah yang sering keluar bahasanya ketika ditanya asal daerah mana. 

"Madura cuma ada 4 Kabupaten" ini yang sering membikin para pendekar pelepasan Madura jadi provinsi lain menjadi kusut, wabil khasus masyatakat umum. Saya jelaskan lagi begini, Madura itu bukan cuma berpulau satu, masih ada tuh anak dari pulau Madura. Kangean misal, di gadang-gadang jadi kabupaten lain dan melepas diri dari Sumenep. Jadi lengkap kan 5 Kabipaten?

Nah, setelah lengkap, rakyat NU pulau Madura, saya rasa, bakalan walcome saja koh Ahok jadi gubenur pertama. Saya tentu sangat mendukung. Sebab, bukan mengentengkan, kalau bukan koh Ahok terus siapa? Sulit kan nentukan pemimpin yang memang benar-benar merubah? Jadi, saya bakalan menjadi orang paling bahagia jika koh Ahok nyalon gubernur Madura. Pokoknya tenang, di sana selain NU tak begitu nampak.

Dosen UIN Antasari Banjarmasin
Kalau kaliam cuma kenal UI, ITB, UGM, UIN-SUKA, UB dan sederet Kampus mentereng lainnya, saya rasa pembaca mojok harus membuka mata batin lebih lebar lagi. Noh, perkenalkan nama kampus saya, UIN Antasari, kampus yang tak jauh beda dengan kampus UIN-UIN yang berkeliaran di Indonesia. Setiap tahunnya ada 3000 mahasiswa baru yang masuk ke kampus yang tak terkenal ditelinga mahasiswa Jogja, Bandung, Jakarta dll.

Tentu saya sangat bangga dengan kampus yang saya pilih harus melintasi padang lautan ini. Kampus Hijau yang mahasiswanya merasa asing ketika pakai jas almamater.

Lalu, kenapa saya sarankan koh Ahok jadi dosen di kampus ini. Perkenalkan disini baru dibuka Jurusan Studi Agama-agama. Saya rasa pantas saja koh Ahok di bidang ini. Selain mengajar, koh Ahok bisa akrab dengan saya, liburan ke gunung Halau-halau tiap minggu atau trevelling ke Pantai Sembilan di Gili Genting Madura. 

Post a Comment

0 Comments