MAHFUDISME - Tahun
kemarin, lebih tepatnya kami berenam, alumni sukma angkatan 2013 telah menulis
tentang menerawang kematian LPM Sukma hingga Part 8. Itu adalah salah satu
bagaimana kami memberikan semangat, motivasi serta kekhawatiran kami kepada
rumah kami.
Orang
mengkritik itu banyak macamnya, ada yang secara terang-terangan, ada yang
secara halus selembut benang sutra tapi kalau kena akan menyayat setajam pisau
irisan daging. Kali ini kami hanya ingin mengutarakan apa yang kami lihat dan telah
terjadi, meskipun, ranah kami bukan lagi di tempatnya, kami sudah jauh
melanglang buana di kehidupan lain, sudah jauh melangkah dari kampus, dan tentu
saja jauh dari rumah kami, yakni Sukma.
Ketika
kami telah melangkah keluar dan berkelana jauh, kami biasa teringat dan
mengenang rumah kami, tempat berkumpulnya segala macam ideologi, kemudian kita
membahasnya sampai bosan dan sampai munyak.
Begitu pun kali ini, sama saja. Tetapi kritiknya mungkin lebih halus, tidak
seperti tahun kemarin.
Sukma
telah mengalami berbagai macam tensi musim, mulai namanya yang bukan Sukma,
hingga dibekukan dan berganti nama menjadi Sukma. Sebab musim membawa berbagai
macam persoalan kehidupan, suasana kampus yang berubah setiap semesternya,
kemudian pergantiannya mahasiswa/i yang datang silih berganti, membawa berbagai
macam persoalan hingga ke-alay-an yang muncul satu persatu.
Semuanya
tidak ada yang perlu disalahkan, setiap lapisan organisasi kampus tentu akan
turut memberikan andil yang besar dalam sudut pandang yang berbeda. Ada juga
yang hanya sekedar ikut-ikutan orang, ia berjalan tanpa pernah melihat ke
samping, atau absen yang seperti menjadi Tuhan.
Sukma
bagi kami adalah rumah, khususnya angkatan 2013, dan semuanya sudah pernah kami
ceritakan, kemudian sukma menjalani sebuah fase kehidupan, dia pernah jatuh,
juga pernah naik bahkan juga pernah tertimpa tangga ketika naik, semua itu
adalah proses, bahwa apa yang kita pernah lalukan ke Sukma suatu saat cepat
atau lambat akan terlihat hasilnya.
Tujuh
orang yang dulu pernah bersama, kini telah berjalan menapaki kehidupannya
masing-masing, ada yang sudah mempunyai istri, ada yang sedang menyiapkan
perkawinan, ada yang sedang digelut kejombloan ada juga yang dihantui kenangan.
Semua itu kini kami tertawakan ketika terkumpul. Bahwa kita pernah menjadi
bagian orang yang terdidik, mendidik dan tertindih.
Tahun
ini, seorang teman berkata, “sepertinya aku melihat kebangkitan LPM Sukma”, dan
kita hanya perlu mengaminkannya dan memberikan jalan untuk mencapai tujuannya,
sebab sampai kapan pun Sukma adalah rumah kita.
Kami
juga pernah menganggap Sukma adalah kekasih, bagi yang jomblo merasa seperti
punya pacar, sebab hampir setiap malam kita keluyuran ke mana pun menemui angkringan
kota dan warung kopi, dan tentu membicarakan Sukma. Di Sukma pula, ada yang mendapatnya
pasangan hatinya, orang yang punya kemauan keras dan pikiran yang susah
ditebak, akan tunduk dan memandang dengan manja kepada seorang wanita. Yah,,,
semua itu ada di Sukma.
Tahun
ini, mungkin sukma 2013 akan lebih jauh lagi kami melangkahkan kaki, menjauh
dari kehidupan Sukma yang sesungguhnya. Tapi Sukma masih rumah kita, yang suatu
saat memanggil anak-anaknya, kita akan pulang.
Mungkin
tahun-tahun berikutnya kita tidak hanya, bertiga, berlima, berenam atau pun
bertujuh, tetapi membawa gandengan dan momongan masing-masing, memperkenalkan Sukma,
tempat ayah dan ibunya pernah ada di sini, di rumah kita. Terima kasih Iqbal..
Penulis: Syarif
Hidayatullah, S.E. pernah menjadi bagian LPM Sukma, angakatan 2013, kini pulang
ke kampung halamannya, di Marabahan, masih menulis, membaca dan masih menjadi
tuan atas dirinya sendiri.
Editor: MAHFUDISME
0 Comments